Minggu, 06 Oktober 2013

Aku Mencintaimu Karena Agamamu



aku memncintaimu karena agamamu, jika hilang agamamu maka hilanglah cintaku”
~Imam Nawawi~
Sebaik-baik cinta adalah cinta yang landasannya karena Allah; sesuai rasa-Nya, sesuai porsi-Nya, sesuai kadar-Nya, sesuai ridha-Nya.
~Fahmi Akhi Fillah~

“Uhibbuki Fillah. Aku mencintaimu karena Allah”. Begitu kata pemuda-pemudi sekarang.  Benarkah? Seriuskah? Yakinkah kalau kamu sudah mencintai dan dicintai karena Allah? Engkau memanggilku abi dan aku memanggilmu ummi, Padahal belum menikah. begitukah cinta karena Allah? Bukan !

Sahabat yang kucintai Fillah. Kata “Aku mencintaimu karena Allah” memang mudah dan sering diucapkan. Tapi dalam kenyataannya itu hanya topeng  belaka, “pemanis buatan”. karena jika belum ada sebuah ikatan pernikahan semua yang berupa cinta teragukan ke”asliannya” tak dapat diyakini kebenarannya. Karena hati itu selalu bekerja dan berbolak-balik. Maka ketika tidak ada komitmen akan sulit untuk konsekuen untuk terus mencintai. Maka tidak ada kata cinta untuk lawan jenis sebelum pernikahan. Sebelum ada ikatan. Sebelum ada komitmen.

Lalu ketika aku tidak bisa tidur karenanya, ketika aku “semangat” belajar karenanya, ketika aku selalu memikirkannya, apakah itu bukan cinta? Lalu apa? Akhi, ukhti, cinta itu suci, maka jangan kotori ia dengan perbuatan keji. Cinta itu luas. Maka jangan persempit ia dengan hanya “cinta” kepada lawan jenis. Cinta itu indah, maka jangan hancur keindahannya karena kita tidak menempatkan sesuai porsi-Nya.

Kita bukan Malaikat yang tak punya hawa nafsu, kita juga bukan binatang yang hanya punya hawa nafsu. Kita dianugrahi akal dan nafsu. maka sesiapa yang bisa mengalahkan nafsunya, kan lebih mulia dari pada malaikat yang selalu taat. Rasa kecendrungan terhadap lawan jenis adalah wajar. Fitrah. namun kita diberi pilihan; apakah menjadikan rasa itu sebagai Anugrah dengan menuruti aturan-Nya . Atau menjadikannya sebagai bencana dengan mengikuti nafsu kita.

Nah, tentang perasaan “semangat” karena si doi perlu kita cek lagi, apakah itu “cinta”, atau hanya sesuatu yng menggungkan kesenangan nafsu? Tanya hati nurani, renungkan secara mendalam, pasti kita akan dapat membedakan.


“Sesuatu yang terlalu dekat tak akan Nampak terlihat, sesuatu yang terlalu jauh tak akan mampu teraih”
“Buanglah ‘ter’-nya jadilah biasa saja maka akan lebih nyaman dan mudah”.
~Disadur dari status mba annisa bahiraturramah~

Biasa aja. Bergaul seperlunya. Membantu seperlunya. Sekedarnya saja sebagai sesama ‘sahabat’. Investasikan waktu untuk membantu sesama Karena barangkali disaat sempit kau pun membutuhkan  uluran tangannya. Mungkin itu cara terbaik untuk tepap menjaga silatur Rahim terhadap sesama. Karena kita terlanjur kenal, maka tak mungkin untuk tak menyapa ketika saling jumpa.

"Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia."
~baginda Rasulullah SAW~

Yuk belajar mengelola hati. Agar kata “aku cinta kamu karena Allah” benar-benar terealisasi. Tugas kita sekarang adalah mempelajari ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalani kata “aku cinta kamu karena Allah” ini. Sehingga ketika tiba saatnya kita harus ‘memilih’ sosok yang akan kita jadikan sebagai ‘objek’ dari kata cinta kita tidak tersalah orang.

Islam adalah sebaik baik tatanan kehidupan. Islam adalah agama ‘rahmat’ bagi semesta alam. Islam adalah agama yang paham psikologis manusia, oleh sebabnya ketika menyampaikan tentang kriteria orang yang berhak menerima kata “aku cinta kamu karena Allah” islam mendahulukan tiga perkara yang menjadi kecendrungan manusia dalam memilih kekasihnya; yaitu, harta, kecantikan/ketampanan, keturunan. Tapi sesiapa yang memilih karena agama, maka beruntunglah ia.

     "Aku mencintaimu karena agamamu"
“Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia." Begitu wasiat sang Nabi.
Cinta yang paling sejati sekalipun akan tetap berpisah ketika nyawa tak lagi dikandung badan. Tapi kalau cinta karena agama. Kalau cinta karena Allah ia kan mengabadi hingga kesurga. Subhanallah!

Jikalau semua karena Allah pasti akan berakhir indah. Jika terniat karena Allah maka akan selalu ia permudah. Akan selalu ada senyuman disetiap epeside cinta.

    "Kupilih kamu karena kekayaanmu"
Harta. Ini juga salah satu faktor yang membuat seseorang cedrung jatuh hati kepada pemiliknya. Ini bahaya apalagi jika hanya menerjemahkan kekayaan hanya dengan kasat mata. Hilang harta, bisa jadi sama dengan hilang cinta.

Kekayaan sesungguhnya memiliki dua sifat, material dan immaterial. Kaya yang bersifat material yaitu harta nyata ini memang penting.  Tetapi ada yang lebih penting yaitu kaya yang bersifat immaterial; kaya hati, kaya pikiran, kaya iman, kaya kebahagiaan. Dan itu hanya bisa diperoleh oleh mereka yang belajar “Akhlak” yang menjadi salah atu ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim.

     "Kupilih kamu karena kecantikanmu"
Kecantikan/ketampanan. Sampai kapan ia mampu bertahan? 20 tahun? Ah, ia pasti akan tergerus seiring berjalannya waktu. Ini bagi mereka yang memaknai kecntikan sebagai yang terlihat nyata. Layaknya multiple intelegence saya juga mau mengajukan konsep multiple beautyfull. Kecantikan majemuk. Bahwa kecantikan bukan hanya terlihat pada tampang tapi juga ada suatu kecantikan luar biasa yang tertutupi oleh yang terhias nyata. Itulah kecantikan akhlak, kecantikan perangai, kecantikan sikap. Dan itu semua diajarkan secara lugas oleh agama tercinta. Islam. Maka bahagialah mereka yang memilih ‘sang teman sejati’ karena kecantikan akhlaknya, karena kecantikan agamanya.

"Kupilih kamu karena keturunanmu"
Saking pentingnya masalah keturunan. Sampai-sampai salafus shalih mengisyaratkan, “jika ingin mengenal Aisyah, kenalilah Abu Bakar”. Subhanallah. Karena seringnya buah jatuh tidak jauh dari pohonya.

Kondisi yang baik dari keluarga cukup memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan akhlak sang wanita, dan bisa jadi merupakan tolak ukur akhlak seorang wanita. Wanita yang tumbuh di keluarga yang dikenal taat beragama maka biasanya iapun akan mewarisi sifat tersebut –meskipun hal ini bukanlah kelaziman-.

Akhirnya kita mungkin sudah punya kriteria, siapa yang akan menjadi teman sejati sebagai objek dari kata, “aku mencintaimu karena Allah”.


“Yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Yang semangat akan dapat. Yang sabar akan beruntung. Yang bersyukur akan bertambah. Yang selalu ada Allah dalam setiap urusannya akan senantiasa bahagia mangabadi hingga ke surga”.

Muhammad Fahmi Akhukum Fillah

2 komentar: