“aku memncintaimu karena agamamu,
jika hilang agamamu maka hilanglah cintaku”
~Imam Nawawi~
Sebaik-baik cinta adalah cinta yang
landasannya karena Allah; sesuai rasa-Nya, sesuai porsi-Nya, sesuai kadar-Nya,
sesuai ridha-Nya.
~Fahmi Akhi Fillah~
“Uhibbuki
Fillah. Aku mencintaimu karena Allah”. Begitu kata pemuda-pemudi sekarang. Benarkah? Seriuskah? Yakinkah kalau kamu sudah
mencintai dan dicintai karena Allah? Engkau memanggilku abi dan aku memanggilmu
ummi, Padahal belum menikah. begitukah cinta karena Allah? Bukan !
Sahabat
yang kucintai Fillah. Kata “Aku mencintaimu karena Allah” memang mudah dan
sering diucapkan. Tapi dalam kenyataannya itu hanya topeng belaka, “pemanis buatan”. karena jika belum
ada sebuah ikatan pernikahan semua yang berupa cinta teragukan ke”asliannya”
tak dapat diyakini kebenarannya. Karena hati itu selalu bekerja dan
berbolak-balik. Maka ketika tidak ada komitmen akan sulit untuk konsekuen untuk
terus mencintai. Maka tidak ada kata cinta untuk lawan jenis sebelum pernikahan.
Sebelum ada ikatan. Sebelum ada komitmen.
Lalu
ketika aku tidak bisa tidur karenanya, ketika aku “semangat” belajar
karenanya, ketika aku selalu memikirkannya, apakah itu bukan cinta? Lalu apa? Akhi,
ukhti, cinta itu suci, maka jangan kotori ia dengan perbuatan keji. Cinta itu
luas. Maka jangan persempit ia dengan hanya “cinta” kepada lawan jenis. Cinta
itu indah, maka jangan hancur keindahannya karena kita tidak menempatkan sesuai
porsi-Nya.
Kita
bukan Malaikat yang tak punya hawa nafsu, kita juga bukan binatang yang hanya
punya hawa nafsu. Kita dianugrahi akal dan nafsu. maka sesiapa yang bisa
mengalahkan nafsunya, kan lebih mulia dari pada malaikat yang selalu taat. Rasa
kecendrungan terhadap lawan jenis adalah wajar. Fitrah. namun kita diberi
pilihan; apakah menjadikan rasa itu sebagai Anugrah dengan menuruti aturan-Nya .
Atau menjadikannya sebagai bencana dengan mengikuti nafsu kita.
Nah,
tentang perasaan “semangat” karena si doi perlu kita cek lagi, apakah itu “cinta”,
atau hanya sesuatu yng menggungkan kesenangan nafsu? Tanya hati nurani,
renungkan secara mendalam, pasti kita akan dapat membedakan.
“Sesuatu yang terlalu dekat tak akan
Nampak terlihat, sesuatu yang terlalu jauh tak akan mampu teraih”
“Buanglah ‘ter’-nya jadilah biasa
saja maka akan lebih nyaman dan mudah”.
~Disadur dari status mba annisa
bahiraturramah~
Biasa
aja. Bergaul seperlunya. Membantu seperlunya. Sekedarnya saja sebagai sesama ‘sahabat’.
Investasikan waktu untuk membantu sesama Karena barangkali disaat sempit kau
pun membutuhkan uluran tangannya. Mungkin
itu cara terbaik untuk tepap menjaga silatur Rahim terhadap sesama. Karena kita
terlanjur kenal, maka tak mungkin untuk tak menyapa ketika saling jumpa.
"Perempuan itu dinikahi karena
empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah
wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia."
~baginda Rasulullah SAW~
Yuk belajar
mengelola hati. Agar kata “aku cinta kamu karena Allah” benar-benar terealisasi.
Tugas kita sekarang adalah mempelajari ilmu apa saja yang diperlukan untuk
menjalani kata “aku cinta kamu karena Allah” ini. Sehingga ketika tiba saatnya
kita harus ‘memilih’ sosok yang akan kita jadikan sebagai ‘objek’ dari kata
cinta kita tidak tersalah orang.
Islam adalah
sebaik baik tatanan kehidupan. Islam adalah agama ‘rahmat’ bagi semesta alam. Islam
adalah agama yang paham psikologis manusia, oleh sebabnya ketika menyampaikan
tentang kriteria orang yang berhak menerima kata “aku cinta kamu karena Allah”
islam mendahulukan tiga perkara yang menjadi kecendrungan manusia dalam memilih
kekasihnya; yaitu, harta, kecantikan/ketampanan, keturunan. Tapi sesiapa yang
memilih karena agama, maka beruntunglah ia.
"Aku
mencintaimu karena agamamu"
“Dapatkanlah wanita yang
taat beragama, engkau akan berbahagia." Begitu wasiat sang Nabi.
Cinta yang paling sejati sekalipun akan
tetap berpisah ketika nyawa tak lagi dikandung badan. Tapi kalau cinta karena
agama. Kalau cinta karena Allah ia kan mengabadi hingga kesurga. Subhanallah!
Jikalau
semua karena Allah pasti akan berakhir indah. Jika terniat karena Allah maka
akan selalu ia permudah. Akan selalu ada senyuman disetiap epeside cinta.
"Kupilih
kamu karena kekayaanmu"
Harta.
Ini juga salah satu faktor yang membuat seseorang cedrung jatuh hati kepada
pemiliknya. Ini bahaya apalagi jika hanya menerjemahkan kekayaan hanya dengan
kasat mata. Hilang harta, bisa jadi sama dengan hilang cinta.
Kekayaan
sesungguhnya memiliki dua sifat, material dan immaterial. Kaya yang bersifat
material yaitu harta nyata ini memang penting.
Tetapi ada yang lebih penting yaitu kaya yang bersifat immaterial; kaya
hati, kaya pikiran, kaya iman, kaya kebahagiaan. Dan itu hanya bisa diperoleh
oleh mereka yang belajar “Akhlak” yang menjadi salah atu ilmu yang wajib
dipelajari seorang muslim.
"Kupilih
kamu karena kecantikanmu"
Kecantikan/ketampanan.
Sampai kapan ia mampu bertahan? 20 tahun? Ah, ia pasti akan tergerus seiring
berjalannya waktu. Ini bagi mereka yang memaknai kecntikan sebagai yang
terlihat nyata. Layaknya multiple intelegence saya juga mau mengajukan konsep multiple
beautyfull. Kecantikan majemuk. Bahwa kecantikan bukan hanya terlihat pada
tampang tapi juga ada suatu kecantikan luar biasa yang tertutupi oleh yang
terhias nyata. Itulah kecantikan akhlak, kecantikan perangai, kecantikan sikap.
Dan itu semua diajarkan secara lugas oleh agama tercinta. Islam. Maka bahagialah
mereka yang memilih ‘sang teman sejati’ karena kecantikan akhlaknya, karena
kecantikan agamanya.
"Kupilih kamu karena keturunanmu"
"Kupilih kamu karena keturunanmu"
Saking
pentingnya masalah keturunan. Sampai-sampai salafus shalih mengisyaratkan, “jika
ingin mengenal Aisyah, kenalilah Abu Bakar”. Subhanallah. Karena seringnya buah
jatuh tidak jauh dari pohonya.
Kondisi yang baik dari keluarga cukup
memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan akhlak sang wanita, dan bisa
jadi merupakan tolak ukur akhlak seorang wanita. Wanita yang tumbuh di keluarga
yang dikenal taat beragama maka biasanya iapun akan mewarisi sifat tersebut
–meskipun hal ini bukanlah kelaziman-.
Akhirnya kita mungkin sudah punya kriteria,
siapa yang akan menjadi teman sejati sebagai objek dari kata, “aku mencintaimu
karena Allah”.
“Yang bersungguh-sungguh
akan berhasil. Yang semangat akan dapat. Yang sabar akan beruntung. Yang bersyukur
akan bertambah. Yang selalu ada Allah dalam setiap urusannya akan senantiasa
bahagia mangabadi hingga ke surga”.
Muhammad
Fahmi Akhukum Fillah
Keren (y)
BalasHapussiiip
BalasHapus