Kegoncangan-kegoncangan terus melanda dunia islam, susul menyusul datangnya. Jika kegoncangan dan kekacauan yang satu sudah dapat di atasi, di tempat lain muncul hal yang sama. Abu Bakar bahkan harus menghadapi sikap sebagian kaum muslimin yang tidak mau membayar Zakat.Penolakan mereka untuk tidak membayar zakat dilatar belakangi oleh berbagai motivasi.diantaranya, karena merasa sayang melepaskan harta benda yang dimilikinya. Sebagian lainnya menganggap, bahwa pemberian Zakat sama halnya dengan membayar pajak atau upeti kepada pemerintahan islam. Mereka menganggap bahwa setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi orang lain yang berwenang memerintah untuk mewajibkan membayar zakat. Tidak ada satupun bagi mereka yang berhak menjadi pemimpin, setelah Rasulullah SAW wafat.Itulah sebabnya mereka bertekad untuk tidak mau tunduk kepada hokum yang ditetapkan Abu Bakar.[1]
Suku bangsa Abes, Dzabyan dan suku-suku lain yang tinggal di sekitar madinah, bertekad untuk menolak zakat. Lalu apakah yang akan dilakukan kaum muslimin terhadap mereka? Bukan sebab suatu yang mudah memerangi kecongkakan mereka, setelah abu bakar mengirimkan pasukan usamah ke tapal batas Romawi .dengan demikian kekuatan islam di madinah tinggal tersisa sedikit. Apakah kaum muslimin harus menerima keinginan mereka untuk tidak membayar Zakat sehingga mereka masih bergabung dengan dengan barisan kaum muslimin?Ataukah sebaliknya mereka harus diperangi, sehingga musuh Islam semakin bertambah? Jika kaum muslimin memerangi mereka bukankah jumlah pasukan yang tersisa tidak mencukupi ?
Abu Bakar segera bertindak cepat menghadapi dilema terebut sulit semacam itu.Tokoh-tokoh sahabat nabi dikumpulkan untuk diajak bermusyawarah memecahkan penanganan penolakan membayar Zakat dari sebagian suku bangsa Arab itu.Dalam musyawarah yang penting tersebut, terdapat dua kubu pemikiran.Umar Bin Khathtab dan sebagian besar sahabat lainnya mengusulkan agar khalifah Abu Bakar tidak perlu memerani mereka.Sebab kekuatan mereka dapat dijadikan tambahan pasukan bagi kaum muslimin untuk menghadapi musuh selanjutnya.Alasan Umar dan kawan-kawan didasarkan pada kenyataan bahwa mereka masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Oleh sebab itu tidak ada alasan yang kuat untuk memerangi mereka.Sedang sebagian kecil tokoh sahabat lainnya justru berpendapat bahwa kaum penolak Zakat harus diperangi.
Dengan ketegasan sikapnya, Abu Bakar memilih untuk memerangi orang-orang yang menolak membayar Zakat Ia berkata dengan tegas : “Demi Allah, seandainya mereka tetap menolak untuk memberikan zakat walau hanya seutas tali, aku akan bertekad memerangi mereka”. Umar langsung bereaksi menanggapi sikap tegas Abu Bakar seperti itu : “bagaimana anda memerangi mereka, sedangkan Rasulullah SAW pernah bersabda : ‘Aku hanya diperintah untuk memerangi ornag-orang sampai mereka mengucapkan : Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah. Jika mereka mengucap kalimat itu, maka darah dan hartanya akan aku jaga, kecuali Allah menentukan hak-Nya yang lain”, tandas umar memberi alasan.
Demi Allah, aku akan memerangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dan Zakat. Karena zakat merupakan hak dari harta yang mereka miliki. Bukankah engkau sendiri yang berkata bahwa beliau bersabda : “… keculi dengan hak-Nya?” mendengar jawaban Abu Bakar ini Umar membenarkan. Ia lalu berkat : “Demi Allah, aku tidak ragu-ragu lagi. Au melihat bahwa Allah telah membukakan pintu hati Abu Bakar untuk berperang, aku merasa yakin bahwa tindakannya itu benar.
Gerakan penolakan zakat dari suku Abes dan Dzubyan didukung pula oleh suku Kinanah, Gatafan dan Fazarah.Mereka kemudian bergabung menjadi satu bermarkas di dekat Madinah.Guna melancarkan gerakan selanjutnya, kelompok pembangkang ini lalu dipecah menjadi dua kelompok. Satu kelompok bermarkas di Abraq, suatu tempat yang dekat kota Madinah dari arah Rabadah. Sedangkan kelompok lainnya bermarkas di Dzil Qassah, tempat yang paling dekat menuju pusat kota madinah dari arah Najas. Mereka mengirimkan utusan untuk menemui khalifah Abu Bakar dan tokoh-tokoh Islam lainnya di Madinah. Tujuannya tidak lain adalah agar Abu Bakar mau menerima keinginan mereka. Yaitu dibebaskan dari membayar zakat, meskipun masih tetap menunaikan shalat.Jawaban Abu bakar tetap seperti yang pernah ditegaskannya.
Utusan para pembangkang itu kembali kemarkas mereka guna melaporkan jawaban Abu Bakar.Kesempatan masuk Madinah dipergunakan untuk menyelidiki celah-celah kelemahan kaum muslimin. Menurut pengamatan mereka, madinah pada saat itu terbuka tanpa penjagaan, akan terapi gelagat itu diketahui oleh Abu Bakar, sebelum mereka bertindak jauh, Abu Bakar menyiapkan strategi, ia kemudian mengumpulkan kaum muslimin dan memanggil Ali, Zubair, Thalhah dan ibnu mas’ud. Mereka diminta untuk bersiap penuh menjaga pintu gerbang kota Madinah. Sedang kaum muslimin dikumpulkan dimesjid untuk bersiap-siap menghadapi pertempuran.
Perhitungan Abu Bakar ternyata tidak meleset.Tepat tiga hari kemudian pasukan “Zakat” itu datang ke Madinah.Mereka ingin khalifah memaksa kemauan mereka.Para penjaga yang sudah siap sebelumnya, memberitahukan kedatangan mereka ke Ali dan kawan-kawan yang kemudian mengutus seseorang untuk menemui Abu Bakar dan menentukan langkah selanjutnya. Abu Bakar bersikap tenang sambil berkata ; “tetaplah kalian tdi tempat masing-masing”.
Abu Bakar kemudian membaywa kaum muslimin yang ada di masjid untuk mengikutinya. Dengan mengendarai unta, pasukan muslimin itu menyambut kaum pembangkang yang akan memasuki Madinah. Kejutan ini membuat kaum pembangkang kaget, karena diluar dugaan mereka, kemenangan yang sebelumnya diharapkan akhirnya berubah menjadi kepahitan.Pasukan muslimin berhasil menghalau mereka, bahkan mengejar samapa ke Hussa, markas cadangan kaum pembangkang. Melihat pasukan yang mereka kirim kemadinah tunggang langgang, para pembangkang mulai kebingungan, mereka kemudian memutar otak untuk menjebak kaum muslimin. Tempat-tempat yang mereka buat dari kulit, mereka isi dengan udara sampai menggelembung.Setelah itu dipukul kearah kaki dan wajah unta-unta.Karena unta yang digunakan kaum muslimin bukan unta yang biasa digunakan untuk berperang, unta-unta pun ketakutan dan berlari menuju Madinah.
Suasana kemenangan mewarnai suku Abes dan Dzabyan, mereka memberitahukan kejadian ini kepada teman-temnnya di Dzil Qassah, tak lama kemudian mereka berkumpul untuk merumuskan strategi selanjutnya.Tetapi, Abu Bakarsbeserta kaum muslimin dimadinah tetap bersiaga saat itu, sambil mempersiapkan diri menggermpur benteng pertahanan lawan, Abu Bakar menyusun rencana untuk melakukan penyerangan.Dibaginya kaum muslimin menjadi tiga bagian, terdiri dari pasukan sayap kanan, sayap kiri dan jantung penyerangan.Mereka diharuskan bergerak beriringan dan dengan langkah cepat agar langkah tidak diketahui lawan.
Ketika malam masih menyisakan sepertiga bagiannya, pasukan muslimin segera beraksi sesuai formasi, bagaikan kilat menyambar, gerakan mereka mampu membabat habis lawan yang masih terlelap dimabuk kemenangan. Barisan sayap knan yang dipimpim oleh Nu,man ibn Muqarrin pun berhasil melaksanakan tugasnya membendung sisa barisan musuh yang nekad melawan. Bagaikan burung yang kehilangan sayapnya, barisan kaum pembangkang itu menyerah tanpa mampu berbuat apapun.[2]
1] Muhmmad Husain Haikal, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq (Jakarta: Qisti press, 2007 ), hal. 120
[2]Ibid, hal.124
Suku bangsa Abes, Dzabyan dan suku-suku lain yang tinggal di sekitar madinah, bertekad untuk menolak zakat. Lalu apakah yang akan dilakukan kaum muslimin terhadap mereka? Bukan sebab suatu yang mudah memerangi kecongkakan mereka, setelah abu bakar mengirimkan pasukan usamah ke tapal batas Romawi .dengan demikian kekuatan islam di madinah tinggal tersisa sedikit. Apakah kaum muslimin harus menerima keinginan mereka untuk tidak membayar Zakat sehingga mereka masih bergabung dengan dengan barisan kaum muslimin?Ataukah sebaliknya mereka harus diperangi, sehingga musuh Islam semakin bertambah? Jika kaum muslimin memerangi mereka bukankah jumlah pasukan yang tersisa tidak mencukupi ?
Abu Bakar segera bertindak cepat menghadapi dilema terebut sulit semacam itu.Tokoh-tokoh sahabat nabi dikumpulkan untuk diajak bermusyawarah memecahkan penanganan penolakan membayar Zakat dari sebagian suku bangsa Arab itu.Dalam musyawarah yang penting tersebut, terdapat dua kubu pemikiran.Umar Bin Khathtab dan sebagian besar sahabat lainnya mengusulkan agar khalifah Abu Bakar tidak perlu memerani mereka.Sebab kekuatan mereka dapat dijadikan tambahan pasukan bagi kaum muslimin untuk menghadapi musuh selanjutnya.Alasan Umar dan kawan-kawan didasarkan pada kenyataan bahwa mereka masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Oleh sebab itu tidak ada alasan yang kuat untuk memerangi mereka.Sedang sebagian kecil tokoh sahabat lainnya justru berpendapat bahwa kaum penolak Zakat harus diperangi.
Dengan ketegasan sikapnya, Abu Bakar memilih untuk memerangi orang-orang yang menolak membayar Zakat Ia berkata dengan tegas : “Demi Allah, seandainya mereka tetap menolak untuk memberikan zakat walau hanya seutas tali, aku akan bertekad memerangi mereka”. Umar langsung bereaksi menanggapi sikap tegas Abu Bakar seperti itu : “bagaimana anda memerangi mereka, sedangkan Rasulullah SAW pernah bersabda : ‘Aku hanya diperintah untuk memerangi ornag-orang sampai mereka mengucapkan : Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah. Jika mereka mengucap kalimat itu, maka darah dan hartanya akan aku jaga, kecuali Allah menentukan hak-Nya yang lain”, tandas umar memberi alasan.
Demi Allah, aku akan memerangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dan Zakat. Karena zakat merupakan hak dari harta yang mereka miliki. Bukankah engkau sendiri yang berkata bahwa beliau bersabda : “… keculi dengan hak-Nya?” mendengar jawaban Abu Bakar ini Umar membenarkan. Ia lalu berkat : “Demi Allah, aku tidak ragu-ragu lagi. Au melihat bahwa Allah telah membukakan pintu hati Abu Bakar untuk berperang, aku merasa yakin bahwa tindakannya itu benar.
Gerakan penolakan zakat dari suku Abes dan Dzubyan didukung pula oleh suku Kinanah, Gatafan dan Fazarah.Mereka kemudian bergabung menjadi satu bermarkas di dekat Madinah.Guna melancarkan gerakan selanjutnya, kelompok pembangkang ini lalu dipecah menjadi dua kelompok. Satu kelompok bermarkas di Abraq, suatu tempat yang dekat kota Madinah dari arah Rabadah. Sedangkan kelompok lainnya bermarkas di Dzil Qassah, tempat yang paling dekat menuju pusat kota madinah dari arah Najas. Mereka mengirimkan utusan untuk menemui khalifah Abu Bakar dan tokoh-tokoh Islam lainnya di Madinah. Tujuannya tidak lain adalah agar Abu Bakar mau menerima keinginan mereka. Yaitu dibebaskan dari membayar zakat, meskipun masih tetap menunaikan shalat.Jawaban Abu bakar tetap seperti yang pernah ditegaskannya.
Utusan para pembangkang itu kembali kemarkas mereka guna melaporkan jawaban Abu Bakar.Kesempatan masuk Madinah dipergunakan untuk menyelidiki celah-celah kelemahan kaum muslimin. Menurut pengamatan mereka, madinah pada saat itu terbuka tanpa penjagaan, akan terapi gelagat itu diketahui oleh Abu Bakar, sebelum mereka bertindak jauh, Abu Bakar menyiapkan strategi, ia kemudian mengumpulkan kaum muslimin dan memanggil Ali, Zubair, Thalhah dan ibnu mas’ud. Mereka diminta untuk bersiap penuh menjaga pintu gerbang kota Madinah. Sedang kaum muslimin dikumpulkan dimesjid untuk bersiap-siap menghadapi pertempuran.
Perhitungan Abu Bakar ternyata tidak meleset.Tepat tiga hari kemudian pasukan “Zakat” itu datang ke Madinah.Mereka ingin khalifah memaksa kemauan mereka.Para penjaga yang sudah siap sebelumnya, memberitahukan kedatangan mereka ke Ali dan kawan-kawan yang kemudian mengutus seseorang untuk menemui Abu Bakar dan menentukan langkah selanjutnya. Abu Bakar bersikap tenang sambil berkata ; “tetaplah kalian tdi tempat masing-masing”.
Abu Bakar kemudian membaywa kaum muslimin yang ada di masjid untuk mengikutinya. Dengan mengendarai unta, pasukan muslimin itu menyambut kaum pembangkang yang akan memasuki Madinah. Kejutan ini membuat kaum pembangkang kaget, karena diluar dugaan mereka, kemenangan yang sebelumnya diharapkan akhirnya berubah menjadi kepahitan.Pasukan muslimin berhasil menghalau mereka, bahkan mengejar samapa ke Hussa, markas cadangan kaum pembangkang. Melihat pasukan yang mereka kirim kemadinah tunggang langgang, para pembangkang mulai kebingungan, mereka kemudian memutar otak untuk menjebak kaum muslimin. Tempat-tempat yang mereka buat dari kulit, mereka isi dengan udara sampai menggelembung.Setelah itu dipukul kearah kaki dan wajah unta-unta.Karena unta yang digunakan kaum muslimin bukan unta yang biasa digunakan untuk berperang, unta-unta pun ketakutan dan berlari menuju Madinah.
Suasana kemenangan mewarnai suku Abes dan Dzabyan, mereka memberitahukan kejadian ini kepada teman-temnnya di Dzil Qassah, tak lama kemudian mereka berkumpul untuk merumuskan strategi selanjutnya.Tetapi, Abu Bakarsbeserta kaum muslimin dimadinah tetap bersiaga saat itu, sambil mempersiapkan diri menggermpur benteng pertahanan lawan, Abu Bakar menyusun rencana untuk melakukan penyerangan.Dibaginya kaum muslimin menjadi tiga bagian, terdiri dari pasukan sayap kanan, sayap kiri dan jantung penyerangan.Mereka diharuskan bergerak beriringan dan dengan langkah cepat agar langkah tidak diketahui lawan.
Ketika malam masih menyisakan sepertiga bagiannya, pasukan muslimin segera beraksi sesuai formasi, bagaikan kilat menyambar, gerakan mereka mampu membabat habis lawan yang masih terlelap dimabuk kemenangan. Barisan sayap knan yang dipimpim oleh Nu,man ibn Muqarrin pun berhasil melaksanakan tugasnya membendung sisa barisan musuh yang nekad melawan. Bagaikan burung yang kehilangan sayapnya, barisan kaum pembangkang itu menyerah tanpa mampu berbuat apapun.[2]
1] Muhmmad Husain Haikal, Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq (Jakarta: Qisti press, 2007 ), hal. 120
[2]Ibid, hal.124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar