Setiap jumat pasti ada hadiah baru, nashihat baru, dan ilmu baru. Nama khatib itu Ustadz Ahmad Fauzi Al-Hafidz. Guru, ustadz, serta pembimbing saya dunia Akhirat dengan nashihat -nashihatnya. Seperti biasa, khotbah selalu dimulai dengan tahmid, shalawat, wasiat taqwa dan beberapa potong ayat Al-Quran.
Khotbah itu dimulai dengan sebuah do’a. Do’a yang sejak dua tahun lalu menjadi salah satu do’a favorit saya. Do’a itu diajarkan oleh Nabi Ibrahim A.S dan termaktub didalam kitab suci Al-Qur’an. Sebaik-baik do’a adalah do’a yang Allah ajarkan melalui Al-Quran atau melalui para RasulNya. Doa itu berbunyi;
Rabby habliy minas shalihiin... “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.” (Q.S As-shaffat : 100)
Kurang lebih dua tahun lalu, do’a itu diajarkan oleh gurunda Yusuf Mansyur melalui sebuah layar televisi. Beliau menjelaskan betapa pentingnya anak shalih dan betapa hebatnya do’a itu. Masalah kemudian muncul, saya kan belum punya istri masa berdo’a minta anak shalih? Minta istrinya dulu dong :D
Begitulah ketidak sabaran seorang murid menunggu hikmah. Padahal beberapa saat kemudian gurunda menjelaskan terkhusus untuk kekita yang belum menikah. Bahawa apabila kita mengamalkan do’a tersebut Insya Allah dikasihnya malah “sepaket” (istri dan anak shalih) Subhanallah. Bukankah kenikmatan terbesar bagi seorang muslim setelah nikmatnya iman adalah mempunyai istri shalihah? yuk selalu berdo’a seraya memantaskan diri. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Harapan selalu ada selama Allah tumpuan semata. Mintalah padanya sebagai tanda kita lemah dan membutuhkannya dalam semua urusan.
Kembali keisi khotbah, karena masih dibulan Dzulhijjah khotbah pun masih sekitar tentang kurban. Namun khutbah hari ini nampaknya adalah sebuah “feedback” dari khotbah minggu lalu, kembali ke minggu lalu ketika pak khotib menyampaikan tujuan kurban dan yang diterima disisi Allah adalah ketakwaan si empunya kurban.
Akan tetapi pak khotib nampaknya “terlalu bersemangat” menyampaikan khotbah, sehingga yang terlihat seakan beliau emosi. Data mencatat untuk kecamatan Ngampilan jika semua sapi dan kambing di rupiahkan akan ada angka 1,5 milyar rupiah. Jika niat kurban karena adat, karena gengsi, atau karena niat dan cara salah lainnya maka begitu banyak uang yang tersia. “kalau yang sampai kesisi Allah adalah ketakwaan, lalu pantaskah ketika kita yang jarang kemesjid bahkan meninggalkan shalat wajib, untuk melaksanakan kurban?” apa yang akan diterima oleh Allah? Kira-kira begitu pertanyaan yang mengambang setelah khotbah terselesaikan.
Khotbah yang di angkat gurunda hari ini agak mencairkan kebekuan. Beliau melanjutkannya dengan hikmah kurban yang diantaranya adalah tertang besarnya ksasih sayang Allah kepada hambanya.
Menenai kasih sayang Allah ini. Dalam perspektif ilmu tasawuf, nabi Ibrahim diperjalankan ke “malakut” ketika melihat orang yang bermaksiat lalu nabi Ibrahim berdo’a; ya Allah binasakanlah mereka. Do’a Nabi Ibrahim pun dikabulkan. Dan binasalah orang yang maksiat tersebut. Kejadian tersebut berlangsung 3 kali. Hingga Allah pun menegur nabi Ibrahim. Hai Ibrahim, do’a para Nabi selalu dikabulkan, maka gunakanlah do’amu untuk kebaikan.
Allah kemudian menjelaskan kepada Ibrahim tentang kasih sayangNya terhadap hambanya, pun terhadap mereka yang berlumuran dosa. Hai Ibrahim mereka yang bermaksiat itu ada 3 kemungkinan maka janganlah kamu mendo’akan mereka untuk binasa. Kemungkinan pertama mereka mungkin bertobat sebelum ajal menjemputnya. Kemungkinan kedua, jika mereka mati dan belum sempat bertobat, barang kali anak cucu mereka yang akan menjadi penyembahKu. Kemungkinan ketiga, mereka mati dan tidak meninggalkan keturunan yang menjadi penyembahku, tapi itupun terserahKu mau mengadzab atau mengampuninya. Masya Allah begitu luas kasih sayang Allah, lalu apa bentuk syukur kita, jika disuruhNya menghadap 5 kali sehari kita malas-malasan ?
Hikmah kedua adalah tentang cinta yang diuji. Latar belakang disyariatkannya kurban adalah karena kecintaan Ibrahim terhadap anak pertamanya Ismail, maka Allah menguji kecintaannya apakah melebihi terhadap cinta Ibrahim padaNya. Maka diperintahkanlah Ibrahim untuk menyembelih anaknya.
Boleh cinta terhadap dunia, tapi jangan sampai tertancap didalam dada. Sekedarnya saja. Inga pesan sayyidina Ali RA “cintailah orang yang kau cintai tapi sekedarnya saja. Barang kali ia akan menjadi orang yang kau benci suatu hari nanti . Dan bencilah orang yang engkau benci tapi sekedarnya barang kali suatu hari nanti ia kan jadi kekasihmu.” Untuk yang lain silakan buka Al baqarah 216 dan Annisa 19.
Apapun sesuatu yang wasath. Proporsional. Tidah berlebihan adalah indah. :) :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar