Kita telah belajar banyak hal
dari spasi, bahwa hadirnya jarak mengajarkan banyak makna. Malam itu engkau
mengirim pesan kepadaku; “kenapa hadirnya jarak hanya membuat hati semakin sesak?”.
Aku tersenyum menjawab: “bukankah jarak dicipta agar kita dapat bergerak,
meraih cita sebanyak yang dikehendak?”
Namun rasanya aku terlalu naïf bila
merayakan keterpisahan ini. Saat detik-detik hanya bisa bicara pada udara, saat
menit-menit hanya bisa menatap bintang yang angkuh di angkasa. Saat jam, hari,
minggu, bulan silih berganti merajut masa. Waktu memang terlalu angkuh untuk
mengakui rindu yang mendera.
Tapi bukankah kita berjanji untuk
bersabar? Maka sabar itu akan mendekatkan yang jauh, memudahkan yang berat, mempersingkat yang
lama dan tentu saja akan merapatkan yang berjarak. Percayalah
Kelak, aku akan menjemputmu di
taman tanpa bunga. Di taman itu, mungkin tak ada monumen cinta apalagi mahkota
raja, juga tak ada patung-patung artistik apalagi kursi yang penuh manik-manik,
juga tak ada air mancur atau hiasan apa saja.
Tapi kehadiranmu sungguh telah memperindah semuanya.