Minggu, 10 Agustus 2014

Wawancara


Bagaimana perasaan anda berdua setelah resmi mendaftar menjadi calon PPMI I dan PPMI II?

Pertama-tama, kami mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan Informatika yang bersedia mewawancarai kami. untuk menyebar luaskan berita terhangat, terkini dan teraktual yang sangat dibutuhan Masisir. Alhamdulillah kami telah mendaftar kembali pukul 6.30 dengan melengkapi 5 paspor yang kurang sebelumnya. Diperkirakan malam ini pukul 7.15 ini kita akan mengikuti screening, dan mudah-mudahan kami bisa melewatinya dengan lancar. Setelah ini kami akan mencoba berdinamika dalam keorganisasian.

Apa motivasi terbesar anda berdua sehingga tertarik mencalonkan diri menjadi PPMI I dan II?
Motivasi kami berangkat dari keinginan untuk menyambung estafet nilai-nilai yang telah dibangun oleh Pak Amrizal dari kepengurusan dan kepemimpinannya. Banyak sekali nilai-nilai dan ruh-ruh baru yang ia usung dengan al-Azhar, dari sinilah kami berdua merasa terpanggil, karena kebetulan kami juga pelaku dalam hal ini, alangkah baiknya kita mengestafetkan ini untuk saling sambung menyambung dalam hal nilai-nilai kebaikan.
Indonesia sebenarnya memiliki benteng yang sangat kuat dalam menahan hancurnya akhlak, benteng itu adalah lembaga pendidikan yang disini diwakili oleh Almamater, kami melihat komunikasi antar Almamater saat ini belum optimal. Maka kami terdorong untuk memaksimalkan silaturrahim antar Almamater dalam berbagai bidang, agar nanti ketika sudah pulang ke Indonesia kita saling mengenal dan memperkokoh benteng akhlak itu.

Untuk orang, kira-kira ada nggak seseorang yang memotivasi anda berdua?
Tentunya langsung dari guru-guru. Kami termotivasi oleh senyumnya syeikh ‘Ala atau Syeikh Jailani yang sumringah ketika dikunjungi oleh banyaknya mahasiswa Indonesia. Kami lebih banyak termotivasi dari rohaniah. Kami kadang-kadang juga ikut talaqqi di Al-Azhar, sehingga ketika kami di PPMI, semoga bisa lebih banyak mengajak kawan-kawan untuk ikut talaqqi ke Al-Azhar.

Dengar-dengar anda berdua sempat sama-sama ngotot untuk menjadi PPMI I, sekarang malah menjadi pasangan, kita kira apa yang menyebabkan seperti itu?
Kabar itu menguap karena waktu itu kami belum ada komunikasi, setelah duduk bareng, ngobrol, ternyata impian kita sama, visi misi sama, meski dari latar belakang yang berbeda, bahkan kami saling melengkapi, satu dari pondok modern satu dari pondok salaf, satu lahir di jalanan, satu lagi lahir dengan managemen waktu yang luar biasa, jadi kami jatuh cinta di komunikasi pertama. Dan menurut kami PPMI I dan II itu hanyalah simbol, toh kami akan berjalan seimbang, tinggal bagaimana menagemennya. Menurut kami ini adalah skenario Allah SWT, sehingga kami dipasangkan menjadi PPMI I dan II.

Bagaimana visi dan misi anda berdua secara umum?
Untuk visi, kita menginginkan Masisir yang berkarakter Azhari,  komunikatif dan harmoni, karena al-Azhar adalah kiblat keilmuan kita. Untuk misi, sebenarnya adalah penjabaran dari visi tersebut, kita ingin memfungsikan PPMI untuk benar-benar menjadi media pembentukkan karakter Masisir dan menghubungkan Masisir dengan Al-Azhar. Kami hanyalah perpanjangan tangan dari Al-Azhar, semua berpusat di sana. Jadi semua dinamika yang ada di Masisir, akan kita arahkan kembali lagi ke manhaj Azhari yang moderat.
Yang kedua, untuk memaksimalkan peran PPMI sebagai mitra yang baik bagi intra PPMI, intra di sini seperti MPA, Kekeluargaan, Almamater dll. Juga terhadap Al-Azhar secara struktual, KBRI, PPI dunia lainnya. Jadi intinya kita ingin memaksimalkan peran PPMI dari intra, mitra dan ekstra mitra PPMI.
Yang ke tiga, kami ingin fungsi PPMI sebagai pelayan masyarakat itu benar-benar dirasakan oleh seluruh elemen, bukan sebagai pejabat.

Banyaknya jumlah masisir, tentunya juga akan menghadirkan permasalahan-permasalahan yang kompleks, sudahkah anda-anda membaca peta permasalahan tersebut? Bagaimana mengatasinya?
Hadirnya kami di sini bukan tanpa persiapan. Ini hasil perjalanan panjang, dari shalat istikhoroh dan pembacaan apakah kami sanggup menanggung itu semua. Dari pembacaan pemetaan yang ada, jangankan semasisir, dalam satu rumah pun ada masalah-masalah itu. Disinilah adanya visi kami: komunikatif. Perbedaan itu wajar, namun (yang penting) bagaimana kita mengahadapi perbedaan itu agar tujuan akhir harmoni itu tercapai. Kita juga akan mendekatkan diri kepada kawan-kawan sekaligus meminta masukan, kritikan dan saran dari mereka, jadi kami bukan PPMI yang eksklusif. Sekali lagi kami bukan pejabat, kami hanya ingin belajar melayani masyarakat.

Menurut anda berdua, kira-kira apa saja kekurangan-kekurangnya yang ada  di Masisir secara umum?
Manusia itu tidak ada yang sempurna. Sebenarnya bukan kekurangan hanya saja belum sempurna. Kita disini menuntut ilmu di al-Azhar Mesir, tapi terkadang kita lupa akan kebutuhan yang kita butuhkan ketika di Indonesia, contohnya komputerisasi, tulis-menulis dan belajar bermasyarakat. Masisir juga mempunyai kecenderungan masing-masing, seharusnya bisa menyeimbangkan antara organisasi dan belajar.
Setelah melihat ketidaksempurnaan Masisir, dimulai dari kami berdua akan instropeksi diri, membenahi intra PPMI, baru kemudian bisa memberi contoh kepada Masisir.

Seperti yang telah diketahui, tahun ini Masisir mempunyai relasi yang baik dengan al-Azhar, lalu bagaimana dengan relasi Masisir dengan Indonesia sendiri?
Relasi kita dengan Indonesia cukup baik, namun tidak semua orang tahukarena belum merasakannya. Tahun lalu kita mempelopori adanya Semesta manulis, dari sini kita juga mencoba membangun relasi dengan Republika, penerbit Alif dan RRI, inilah wujud relasi kita dengan Indonesia, yaitu relasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Maka fungsi PPMI disini sangat penting agar Indonesia bisa merasakan relasi tersebut. Sebenarnya dari seluruh PPI di dunia, PPI Mesirlah yang dipandang baik oleh Indonesia.
Sebenarnya saya (Hujaj) termasuk orang yang ketinggalan dalam tulis-menulis, tapi saya percaya diri untuk mengirimkannya ke penerbit dan Alhamdulillah layak untuk diterbitkan di Indonesia. Dari sini masih banyak masisir yang kurang percaya diri bahwa dirinya mampu, maka saya akan berusaha mengajak masisir lebih percaya diri agar bisa Indonesia bisa lebih merasakan realisasi kita.

Sejauh manakan keyakinan anda berdua untuk menang?
Seluruh masisir memiliki latar belakang yang berbeda, ada yang dari pondok salaf dan modern, sama seperti kami,karena lembaga pendidikan di Indonesia hanya dua itu saja. Kami optimis kawan-kawan akan memilih kami, tapi kami tetap tawakal kepada Allah apapun hasilnya, itu yang terbaik. (Hujaj)
Ketika sudah mengeluarkan seluruh tenaga, fikiran bahkan harta, kita pantas untuk optimis karena telah berusaha optimal, tapi jika usaha kita setengah-setengah, pantaskah kita optimis? (Agus)

Apabila telah berusaha optimal tapi takdir berkata lain, legowokah?
Menjadi presiden PPMI merupakan sebuah amanat yang besar, kalau kami terpilih Alhamdulillah, kalupun tidak tetap besyukur, karena ketika mendapatkan kenikamatan kita wajib mensyukurinya, tapi jika mendapatkan musibah kita wajib mensyukurinya dengan bersabar. Kami tidak tahu itu merupakan sebuah kenikmatan atau cobaan, hanya Allah lah yang tahu. Lalu siapapun yang akan terpilih nanti, kami akan tetap mendukung dan bekerja sama.

Ketika terpilih menjadi PPMI I dan II, apakah bisnis tempe alif tetap berjalan?
Sampai detik ini tempe alif tetap bejalan. Ketika Allah memberi amanah PPMI ini kepada kami, tempe alif pun akan tetap berjalan dan melayani masisir, karena alhamdulillah saya sudah mempunyai karyawan. Saya ingin mengutip kata Robert T. Kiyosaki, bahwa pengusaha sukses itu adalah ketika bisnisnya tetap berjalan, dan orangnya bisa jalan-jalan. Jadi ketika kita dapat amanah, Tempe Alif tetap berjalan, dan kita tetap bekerja melayani. (Redaktur: Fahmi/Icha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar