Semua orang lahir dari rahim seorang
perempuan bukan? Tentu saja ini hanya pertanyaan retorika. Semua orang akan
menjawab dengan mengangguk iya. Tapi lain jawaban jika pertanyaan itu
dilontarkan kepadaku, maka jawabannya adalah tidak. Aku berbeda. Aku dilahirkan
dari rahim seorang malaikat. Bagiku, ibu adalah malaikat.
Di hari-hari sekira 20 tahun yang lalu, mungkin
aku hanyalah seonggok calon bayi yang makan dan bertahan hidup melalui
plasenta. Kemudian di suatu sore ditahun yang sama, aku dikeluarkan dari rahim ibuku
dibantu oleh seorang bidan kampung, dulu disebut dukun beranak. Aku menghirup
udara untuk pertama kalinya tanpa bantuan plasenta, juga melihat cahaya dan
berteriak untuk pertama kalinya.
Kabarnya, penduduk kampung geger. Orang-orang
heboh membicarakan kelahiranku. Selepas maghrib, mereka berbondong-bondong
menjengukku. Bapak-bapak membawa obor yang terbuat dari bambu. Anak-anak meniup
terompet sebagian lagi menyalakan kembang api. Para pemuda menabuh bedug sepanjang
perjalanan. Ibu-ibu menyayikan lagu perjuangan menyambut kemenangan. Bahasa singkatnya,
mereka membuat gaduh alias berisik.
Mereka tampak suka ria mendengar kabar ini.
kelahiran seorang anak yang menurut dukun-dukun kampung adalah penyelamat dari
paceklik dan kekeringan akibat kemarau panjang, juga sebagai pahlawan yang
membela tanah air akan mengusir penjajah
dari tanah bumi pertiwi.
Kabar ini cepat menyebar ke seluruh penjuru
negeri. Presiden yang mendengar kabar ini lantas mengumpulkan kabinet-kabinetnya,
mengadakan rapat mendaddak, mereka tak mau ketinggalan ikut ambil bagian merayakan
momen bahagia ini. Setengah jam kemudian, setelah semua peserta rapat setuju,
Pak Presiden memutuskan bahwa tepat di hari kelahiranku itu, 23 juli, ditetapkan
sebagai hari anak nasional.
Ternyata tidak hanya di negeri ini kabar
kelahiranku disambut gagap gempita, di negeri tiongkok sana, mereka juga
merayakan kelahiranku. Mereka percaya akulah anak yang ditunggu itu, yang
menurut Zhuge Liang adalah anak yang mampu menyatukan kembali Negara iar, api,
udara dan tanah, serta mampu menaklukkan alien yang akan menyerang bumi. Seluruh
bumi gagap gempita menyambut kelahiranku.
Cukup. Jangan terlalu serius membacanya,
nanti tambah bingung. Percayalah, aku sangat meragukan kepekaan dan kemampuan
intelektualitas anda kalau anda mempercayai 4 paragrap di atas. Bukankah Indonesia
sudah merdeka sejak 1945? Dan peceklik panjang di Indonesia terjadi tahun 1997?
Oi, saya sangat meragukan pengetahuan anda tentang sejarah kalau anda
mempercayai cerita saya di atas. Atau jangan-jangan
kalianlah orang-orang yang mencontek saat Ujian Nasional sehingga sejarah
Indonesia merdeka saja tidak tahu? Ups, sudah dapat dosa berbohong, aku malah
su’udzhon pula. Hiskss…
Satu-satunya kebenaran dari 5 paragrap di
atas adalah 23 juli yang ditetapkan sebagai hari anak nasional. Sedang Zhuge Liang
dia bukanlah peramal, dia adalah ahli strategi perang dari Negeri Tiongkok, dan
tidak ada hubunghannya dengan Mama Lauren
apalagi Ki Joko Bodo. Jadi anda hanya buang-buang waktu membaca 5 paragrap
tidak penting di atas. Hehehe…
20 tahun kemudian.
Anak yang dulu dielu-elukan itu. Anak yang
dulu jadi kebanggan seluruh penduduk kampung itu, adalah orang yang menulis
cerita ngawur ini. Sekarang ia berperang melawan kebodohan seraya belajar
menulis. Sebab ia percaya, sebuah buku sungguh mampu menggugah jiwa, mengubah
dunia. Maka ia bertekat untuk mengembalikan harapan penduduk kampung. Menjadi pahlawan
yang akan mengusir dan membabat habis kebodohan. Hehehe… Ngakk ada hubungannya
ya? Kita memang tidak sedang membahas hubungan bukan? Bukankah kita sudah putus
bertahun tahun yang lalu?. Sudah berkali-kali aku bilang, aku tidak mau
pacaran. Pacaran itu dosa. Tapi kamu tetap saja maksa. Lho? Kok jadi bahas itu?
Tau ah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar