Sabtu, 12 Juli 2014

A-Rindu


Di jendela yang menjadi tempat nongkrong favoritku, tempat untuk mengintip bintang yang malu-malu, tempat untuk melihat angkuhnya pameran langit Kairo, atau sekedar tempat untuk merayakan sepi dengan secangkir kopi. Belakangan, dari tempat ini bintang tak tampak lagi, langit hanya gelap dan aku hanya terdiam senyap.

Ada yang kurang. Seperti ada potongan cerita yang hilang. Atau terhapus. Kondisi sekitar menyiratkan bahwa harusnya tidak berakhir begini. Tapi, inilah yang terjadi. Harus ada yang terluka, biarlah itu aku sendiri.

Belakangan, aku tahu nama luka itu. Orang-orang menyebutnya rindu. Bila kata Elly Risma narkotika dapat berusak tiga bagian otak. Fornografi bisa merusak lima bagian otak. Maka rindu padamu merusak semuanya, bukan cuma otak.

Katamu rindu itu penyakit, maka sekarang aku terjangkit. Tapi kamu tak perlu repot untuk mencari obatnya. sebab aku tak mau sembuh.

Kini aku dan kamu sama-sama sadar, bahwa rindu adalah anugrah yang besar. Kita tak perlu bayar untuk merindu. Tak perlu uang, juga tak perlu berlian. Kita hanya perlu membangun lilin kepercayaan, menopangnya dengan sedikit keteguhan, dan menyalakannya dengan api semangat. Menjaganya dengan cinta agar rindu tetap hidup. Tak akan redup. Hingga mata benar-benar terkatup. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar