Sabtu, 28 Juni 2014

Serial Optimisme IV : Mama & Abah

Terimakasih kuhaturkan kepada suhu panas Kairo yang membuatku sulit untuk tertidur, juga tak lupa, terimakasihku kepada kepinding yang sukses membangunkanku satu jam setengah kemudian. Kalian berdua seakan berteriak, “hei ini bulan ramadhan, tak pantas tidur banyak-banyak.” “hei kamu itu di sini untuk menuntut ilmu atau untuk tidur sih?”

Aduhai, kata-katamu sungguh menggores hatiku. Aku yang tak tahu diri, aku yang banyak malasnya, aku yang menjalani hidup semaunya. Aku lupa bahwa di seberang samudera sana, ada sosok sederhana yang entah bagaimana caranya selalu memastikan hidupku terjamin disini.

Aku lalai bahwa di pulau Kalimantan sana ada sosok bidadari yang tak henti-hentinya berdoa untuk kebaikan anaknya. Aku lalai bahwa kalian berdua, mama dan abah, selalu harap-harap cemas untuk kemajuan studiku.

Aku lupa bahwa mungkin demi kuliahku, banyak airmata yang harus dikorbankan. Banyak darah yang harus diteteskan. Banyak keringat yang harus dikuras bercucuran. Banyak tabungan yang harus di pecahkan, bahkan, jika tak cukup lagi kalian sanggup berhutang. Demi kuliahku.

Sedang aku di sini, tidak seperti yang kalian duga, tidak seperti yang kalian harap. Tapi, aku berjanji tidak akan membuat kalian kecewa. Aku akan meyakinkan kalian bahwa kalian tidak salah pilih mendukung keinginanku untuk belajar di sini. Mak, Bah, suatu saat, aku ingin mengajak kalian ke sini, tentunya dari hasil jerih payahku.

Setidaknya, perjuangan kalian sudah dicatat sebagai kebaikan. Kalian tahu, Bah, Ma? Bahwa tanda-tanda diterimanya kebaikan adalah kebaikan-kebaikan yang datang berikutnya. Maka percayalah, tidak ada yang sia-sia, kebaikan kalian pasti akan menuntun ke surga. Sebagai pembela di hari tiada guna anak dan harta.

Oh ya, maaf, ramadhan ini aku belum bisa pulang. Tapi aku selalu ingat nashihat kalian, bahwa bukan jarak yang memisahkan dua jiwa, tapi doa yang tak saling terlantun. Aku percaya, setiap malam kalian mendoakanku. Bahkan setiap nafas kalian sebenarnya adalah bahasa lain dari doa. Aku percaya.
Terimakasih untuk segala. Mama & Abah, Aku mencintai kalian, sungguh. Itu sebabnya aku tak ingin kalian kecewa. Aku akan belajar sungguh-sungguh, seperti kalian yang bersungguh-sungguh untuk menafkahiku, meskipun aku sudah dewasa.
Read More..

Serial Ramadhan I : Awal bulan




“Kenikmatan terbesar kedua setelah nikmat iman dan islam,” ujar Ustadz Aep Saepulloh suatu ketika, “adalah nikmatnya menjadi Mahasiswa Al-Azhar Mesir.” Tinggal di tanah bersejarah warisan para nabi. Mandi dengan air yang diambil dari salah satu mata air surga, Nil. Tidak cukup? Setiap hari kau bisa melihat senyum-senyum ulama yang bersahaja. Itu sungguh sangat indah, menentramkan.

Andai bukan mahasiswa Al-Azhar, mungkin malam itu kami tidak bisa menghadiri acara penetapan satu ramadhan yang dihadiri oleh ratusan ulama, pembesar, pemuka Mesir dan mahasiswa asing. Mulai dari Grand Syeikh Al-Azhar, Prof. DR. A. Thayyib, Mufti Mesir, Prof. Dr. Syauqi Allam, Prof. Dr. Ali Gomma, Prof. Dr. Nasr Farid Washil, mentri Agama, Prof. Dr. Mukhtar Gomma, dan Puluhan ulama besar lain turut serta dalam acara tersebut.

Acara yang ditayangkan langsung oleh beberapa stasiun televisi itu dibuka oleh pembawa acara dengan sebuah syair, “Langit dan bumi, binatang dan tumbuhan, siang dan malam, lautan dan daratan, semua makhluk Allah memohonkan ampunan terhadap manusia pada awal bulan puasa.” Kurang lebih begitu maknanya.

Nafasku terhenti mendengar kata-kata itu, aduhai, betapa lalainya aku dari jalan tuntunan-Nya, menikung jauh, mundur, kadang, bahkan terperosok ke dalam jurang. Aku malu. Pada daun-daun, yang setia memuji tuhannya. Pada angin, yang ikhlas mematuhi titah tuhannya. Pada malaikat yang tak pernah sekali pun bermaksiat. Aku malu.

Sang Qari’ kemudian membacakan ayat Al-quran sebagai pembuka acara. Bacaan itu, sungguh membuat mataku berkaca-kaca. Meskipun aku ‘pernah’ berpura-pura merindukan ramadhan, tapi janji Allah tetaplah pasti. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertannya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.”

Allah menjanjikan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya sebagai balasan. Tapi aku seakan berteriak, ‘Aku bukan hambamu’, sebab aku berani menentang titah-Mu. Aduhai, ya Rabb, ampuni kelancanganku. Engkau selalu memberikan yang kucintai, bahkan tanpa kuminta. Tapi aku, justru menghidangkan hal-hal yang Kau benci, lalu, layakkah lagi aku meminta?

“Ramadhan di tunda”, benakku dalam hati, ketika mufti Mesir mengumumkan hasil ru’yatul hilal berdasarkan ru’yah mata dan ru’yah ilmu, Falak. Bahwa 1 ramadhan jatuh pada hari ahad 29 juni 2014.

Pada akhirnya, setiap orang harus menangisi kepura-puraannya. sebab, "Katakanlah, "jika kamu sembunyikan atau kamu nyatakan, apa yang ada dalam hatimu, Allah pasti mengetahuinya." Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah maha kuasa atas segala sesuatu."

Taman langit, 28 Juni 2014

Read More..

Selasa, 24 Juni 2014

MAHASISWA


Aku tahu kata orang itu susah
Pun aku tahu di tangan Allah semua mudah
Aku juga mendengar kata mereka
 Yang memilih itu harus bersiap kecewa

Aku juga membaca kata-kata pilihan
Betapa setelah kesulitan akan datang dua kemudahan
Aku pun melihat  bahwa malam itu  pekat
Tapi, bukankah itu berarti cahaya pagi segera tiba?

Menjadi Mahasiswa memang harus bersiap lelah
begadang malam membaca goresan-goresan sejarah
Menjadi seorang mahasiswa hanya ada dua pilihan tepat
Menjadi mahasiswa hebat atau yang paling hebat.

Sebab kawan, mungkin demi kuliahmu itu
Banyak keringat perjuangan yang harus diperas
Banyak airmata bercucuran yang harus dibilas
Banyak tenaga dan kekuatan yang  harus dikuras
Banyak uang tabungan yang harus dilepas
Demi kuliahmu itu!.

Maka, bersyukurlah!
Berjuanglah!
Sebab tak semua orang punya kesempatan
Sepertimu.

Taman Langit, 24 Juni 2014
Read More..

Sabtu, 21 Juni 2014

Yang menghina yang dihinaan


Kita orang baik atau Allah yang tutupi aib kita? Jelas sekali kita bukan siapa-siapa, berbuat kebaikan riya, ingin dilihat. Sedang berbuat buruk bangga, merasa hebat. Allahlah yang maha baik berkenan menutupi aib-aib hambanya. Lalu atas hak apa kita memperolok, menjelakkan, menghina orang lain? Bukankah setiap orang lebih unggul dari kita dalam sata hal?

Read More..

Serial Jodoh I : Cicak-cicak di Dinding


Seandainya kau di takdirkan sebagai cicak, maka apa yang akan kau lakukan? Mengeluh, menggerutu, berteriak, “Ya Allah kenapa aku menjadi cicak, pasti Kau salah cetak”.

Sebab cicak adalah makluk dengan kemampuan terbatas, berjalan hanya dengan merayap, hati-hati meniti dinding. Sedang yang di takdirkan sebagai mangsanya, diberi dua sayap, terbang bebas semaunya kesana-kemari. Andai dia berfikir seperti manusia, mungkin dia akan mengadu, “Ya Allah, nelangsa nian nasibku, bagaimana aku bisa hidup kalau begini caranya? Lamban saya bergerak sembari harus tetap berpijak, sedang nyamuk yang lezat itu terbang melintas di atas, bergerak cepat melintas, semaunya tanpa batas.” Sesak nian hati jadi cicak.

Tapi, sebentar dulu, mari kita bernostalgia tentang lagu yang di ajarkan ibu, bapak dan para guru sewaktu kecil dulu, tentang hakikat rezeki dan jodoh, cicak-cicak di dinding.

Benar cicak hanya merayap, diam-diam, berikhitiar sesuai kemampuan. Bukan cicak yang harus  harus terbang, bukan cicak yang harus datang menerjang, tapi, “datang seekor nyamuk”. Allah yang menciptakan menciptakan matahari, maka Allah jualah yang memberinya cahaya. Allah yang menciptakan tubuh maka Allah pula-lah yang memberinya nyawa, pun Allah yang menciptakan manusia maka Dia pulalah yang memberinya jodoh, cinta.

Allah yang mendatangkan rezeki itu. Dibanding ikhtiar cicak yang merayap diam-diam, sungguh perjalanan nyamuk lebih jauh dan berliku. Benar nyamuk terbang bebas, tapi Allah mengarahkannya. Benar jarak dan waktu memisahkan keduanya, tapi kemudian Allah dekatkan sedekat-dekatnya. Hingga akhirnya, “datang seekor nyamuk, merayap-rayap ditangkap”. Nyam. Keduanya bahagia, nyamuk memenuhi tugasnya, sedang cicak menggenapi rezekinya.

Maka sahabatku, begitu pula jodoh, yang sering membuat kau galau itu. Kita tidak perlu memaksakan cerita, berpacaran. Cukup berikhtiar memperbaiki diri, merayap hati-hati, berpijak di tali agama dengan teliti. Tidak apa ‘jodoh’ kita terbang bebas kemana-mana. Tapi yakinlah, Allah membimbingnya, meskipun terhalang jarak dan waktu maka Allah-lah yang mendekatkan dengan kita sedekat-dekatnya.

Kita sudah bosan rasanya mendengar, si A yang berpacaran dengan B bertahun-tahun, tapi ketika si A menikah ternyata perempuannya orang lain, bukan si B. Atau si C yang mengejar-ngejar si X, eh besok lusa ternyata berlabuhnya ke pelabukan lain. Atau si D yang sudah bertunangan dengan Z bertahun tahun, eh sehari sebelum pernikahan si Z kejatuhan buah mangga akhirnya meninggal, bukan jodoh.

Maka sahabatku, jodoh itu murni rahasia Tuhan. Ia dijadikan hadiah dan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar. Maka kita tidak perlu memaksakan cerita, harus menikah dengan si dia. Cukup bagi kita untuk memperbaiki diri sekeren-kerennya, sebab, jikapun yang dirindukan berlabuh ke hati orang lain, maka kita tetap keren dengan perbaikan yang telah kita lakukan. Bukankah kita ingin menjadi yang terbaik untuk jodoh kita kelak? Nah :D
Read More..

Sabtu, 14 Juni 2014

Serial Optimisme III : Pagi, Air dan Cinta


“Optimisme itu adalah oksigen yang membuat lilin harapan tetap hidup.  Dan kesabaran adalah kekuatan yang menggenggam lilin itu agar tak goyah terhadap goncangan. Sedang hidup matinya api sang lilin ditentukan oleh badai. Badai prasangka. Sejauh mana prasangka baik kita, sejauh itu pula api optimisme terus berkobar menggelora di dalam dada.”

ayam berkokok. Burung-burung mulai menari keluar sarangnya. si raja siang bersiap-siap membagikan senyumnya, Pagi. Bagi petani, pagi adalah semangat baru, harapan baru untuk mendapat rezeki yang banyak dan berkah. Bagi burung-burung, pagi adalah janji tuhan untuk mempertemukannya dengan makanan. Bagi pohon-pohon, pagi adalah kesejukan. Bagi alam pagi adalah keindahan, seperti embun pagi yang tahu, bahwa ia akan lenyap oleh hangatnya mentari, tapi dia tetap bersikukuh memeluk cahaya tuk hadirkan pelangi. Indah.

“Wahai Fatimah, ujar Nabi suatu ketika, bangun dan saksikanlah  rezeki Rabbmu. Karena Allah membagikan rezeki para hamba antara shalat subuh dan terbitnya matahari”. (HR. baihaqi )

Jika pagi adalah harapan, maka air adalah kehidupan. Air, juga adalah lambang semangat dan kesabaran, lihat ketika ia dibendung oleh benteng yang kokoh, ia tidak purus asa. Jika tak bisa melewati, ia berusaha merobohkan, jika tak bisa, ia menyusup pelan-pelan. Masih tak bisa, ia menunggu penuh kesabaran. Hingga teman-temannya datang, mengumpulkan kekuatan dan akhirnya mereka mampu melewati bendungan. Seluas apapun, setinggi apapun, berkat semangat dan kesabaran. Air.

Allah sang penguasa kehidupan berfirman : “dan dari air, kami jadikan sesuatu yang hidup, maka, mengapa mereka tiada jua beriman?”

Jika pagi harapan, air adalah kehidupan maka cinta adalah kebahagian. Pelengkap, penyempurna semangat. Apakah cinta itu menggalaukan? Tentu tidak. Justru cinta adalah energi terbaik untuk menumbuhkan semangat, survive. Sebagai contoh, ketika aku menyukai seseorang karena kebaikannya, aku jatuh cinta padanya, aku bersemangat untuk terus memperbaiki diriku, karena aku tahu, “Laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik”.

Setelah seminggu, sebulan, setahun, ternyata orang yang kukagumi itu menikah dengan orang lain. Apakah aku sakit hati? Apakah ternyata cinta itu menyakitkan, mengecewakan? Tentu tidak. Bukan cintanya yang menyakitkan. Tapi kondisi dilupakan, ditinggalkan, kesepian. Itu yang sakit. Cinta tetap saja begitu. Setidaknya ia telah memperbaikiku dan menggangkat nilaiku berkat perbaikan-perbaikan yang kulakukan, karena cinta.

Maka, kabar gembira bagi orang-orang yang tidak tahu definisi cinta, karena cinta memang dicipta tanpa definisi. atau seindah apapun pujangga mendefinisikannya, tetap saja sebaik-baik cinta adalah seperti yang di serukan sang penguasa cinta: “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (Q.S At-Taubah; 24)

Senja, Taman Langit, 14 Juni 2014.
Read More..

Jumat, 13 Juni 2014

Serial Optimisme II : Belajar dari Piala Dunia

“Dalam menjalani kehidupan, jadilah seperti pesepak bola, jangan seperti wasit. Sebab yang pertama selalu berkonsentrasi pada tujuan, goal. Sedang yang kedua selalu mencari-cari kesalahan orang”

Entah siapa yang pertama mempunyai ide menyelenggarakan permainan sepak bola, aku tidak tahu. Yang jelas, olahraga itu kini menjadi olahraga nomor wahid di dunia. Disukai banyak orang, lelaki, maupun perempuan.

Sepakbola, boleh jadi sekarang adalah nama lain dari perang dunia. Karena si kulit bundar itu, seringkali di hubung-hubungkan dengan kemajuan sebuah negara. Seperti Jerman yang sempat terpuruk setelah kekalahan mereka di perang dunia II, kepercayaan diri mereka kembali terangkat setelah tim sepakbola Jerman menjuarai piala dunia. Lalu pelajaran apa saja yang dapat kita ambil dari piala dunia olahraga nomor wahid ini?

Tujuan. Untuk memenangkan pertandingan sepakbola, tentu tujuannya jelas, gawang, goal. Begitu juga kita, untuk memenangkan kehidupan, kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Mau jadi apa ke depan?  Jangan seperti air, yang hanya mengikuti arus, tidak mempunyai tujuan sendiri, tak jelas harus kemana, akhirnya terdampar di selokan, menjadi air comberan, sampah.

Kerja tim. Siapa yang bisa hidup sendiri di dunia ini? Mana ada, sombong sekali. Agama kita mengajarkan, “bahwa tidak ada kebaikan bagi orang yang tak pandai berakrab-akrab”. Sebab di dunia ini, kita tidak bisa mengerjakan semuanya, kita hanya diminta mengerjakan ‘sesuatu’. Nah, orang lainlah yng menyempurnakan. Ada yang menjadi gawang, bek, penyerang, saling melengkapi.

Kerja keras. Tentu saja, mana ada kesuksesan diraih secara cuma-cuma. Tentu kita harus membayar untuk kesuksesan-kesuksesan yang lebih besar. Harus ada yang di korbankan. Cuman seringnya, manusia berteriak koar-koar penuh semangat laksana singa, tapi ketika mengerjakannya, mereka loyo bagai kelinci yang siap di mangsa.

Strategi. Tak hanya kerja keras, kita juga perlu kerja cerdas. Tentu, semua yang kita lakukan harus berdasarkan pengetahuan, agar tenaga yang kita keluarkan tidak sia-sia. Sebab kadang, seorang petani A rajin ke ladang menanam kopi, merawat kebunnya bertahun-tahun, rajin. Tapi ketika panen, ternyata hasilnya sedikit. Tidak semua pohon kopi buahnya sama. Sedang petani B, dia tahu bahwa ada bibit kopi yang bagus, ada yang kurang bagus, maka dia memilih bibit yang bagus untuk di tanam, hasilnya jelas berbeda, lebih bagus. Karena ilmu, strategi.

Pantang menyerah. Kalau saja Brazil menyerah ketika Kroasia mencetak goal lebih dulu, tentu mereka tidak akan menang malam itu. Kalau kita mengangkat bendera putih sebelum bergerak, berbaring sebelum bertindak, tentu kita tidak akan mampu mencapai tujuan. Bekerjalah!, maka keajaiban. Pejamkan mata, maka kau kan temui, bahwa yang bersungguh-sungguh, pantang menyerah, akan dapat. Yang berjalan di atas tujuan akan sampai. Yang bersabar akan beruntung. Yang menanam akan menuai hasilnya. Pantang menyerah sebelum kalah.

Berjuang sampai detik terakhir. Tidak ada tempat istirahat bagi kita sebelum sebelah kaki menginjak surga. Terus menembus badai sampai akhir. Terus menebas rimba sembar bersih, terus menyingkiran duri agar aman. Terus berjuang hingga hidung menghirup nafas surga.

Sudah siap menjemput kemenangan?

Taman Langit, 13-06-2014. 
Read More..

Kamis, 12 Juni 2014

Serial Optimisme I : Bersyukur


Kenapa kita harus selalu  bersyukur?

Sebab kita tahu, Allah selalu memberi yang terbaik yang kita butuhkan, meskipun kadang tidak kita inginkan.  Bahkan  awalnya kita sempat benci. Tapi di ujung cerita, kita sadar, oh ternyata, ini to maksud Allah memberiku ini.

Kau tahu air kawan? Ketika ia cukup untuk kebutuhan kita, ia bermanfaat. Sebagai sumber kehidupan, untuk mengairi sawah, untuk  membersihkan mobil, untuk mandi, bersuci dan lain-lain. Ketika air banyak? Berlebihan, banjir, mengganggu aktivitas, mendatangkan penyakit dan dampak-dampak negatif lain. tidak selamanya yang sedikit itu tidak baik. Maka, sudah sepantasnya kita mensyukuri hal-hal kecil.

Ketika sandal kita putus, rejeki seret, kita mengeluh; Ya Allah, kenapa rejekiku seret, sandal putus lagi, coba jika engkau beri aku rezeki yang lebih, pasti aku bahagia, bahkan bisa membahagiakan sesama. Tapi Allah menyuruh kita bersyukur dengan cara yang keren. Seratus meter kedepan, Allah mempertemukan kita dengan orang yang berjalan menggunakan tongkat, satu kakinya tidak ada. Sungguh, kita lebih banyak mengeluh dari pada bersyukur. Padahal, Allah banyak memberikan sesuatu yang sangat penting bagi kita tanpa kita minta, bahkan kita tidak sadar.

Kau percaya Law of Atraction kawan? Aku sangat percaya. Iya yang itu, hukum tarik menarik. Bahwa ketika kita berfikir positif, melakukan hal-hal positif, maka hal-hal positif itu akan berbalik ke kita, bagaimana pun caranya itu tidak penting, Allah maha mengatur rencana bukan? Allah pembuat scenario maha terbaik kan? Kita tak perlu memikirkannya, cukup melakukannya.

Kabar baiknya, ketika kita besyukur Allah akan menambah nikmat kita. “ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni’mat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Q.S Ibrahim 7-8.
Kamu percaya janji tuhan bukan?

Taman Langit 13 juni 2014
Read More..

Senin, 09 Juni 2014

Malas


Aku mencintaimu tapi aku malas mengungkapkannya padamu
Aku mencintaimu tapi aku malas hidup tanpamu
Aku mencintaimu sehingga aku malas melupakanmu
Aku mencintaimu maka aku malas tak mendoakanmu
Aku mencintaimu itu sebabnya aku malas menyakitimu

Taman Langit 2014
Read More..

Kalaupun Harus sendiri

Kalaupun masih harus sendiri, kesendirian itu harus indah, berharga seperti mutiara.

kalaupun harus sendiri, maka sendiri itu harus gagah, memberi manfaat, menerangi seperti matahari.

kalupun harus sendiri, maka sendiri itu harus seperti mawar, indah, mengoda, tapi selalu menjaga diri.

kalaupun harus sendiri, maka kesendirian itu haruslah gesit, seperti air bah, yang pantang menyerah melalui rintangan.

Kalaupun harus sendiri, maka kesendirian itu harus keren. dijalani dengan keren, meraih target-target keren, tanpa lupa mempersiapkan diri untuk berdua.

sebab sang Nabi, orang terkeren di dunia itu, mengajarkan, bahwa berdua dengan orang yang keren, adalah luar biasa.

Taman Langit, Juni 2014
Read More..

Capres

Ada yang lebih panas dari cuaca di siang ini; kesalah pahaman kita tentang pilihan capres yang berbeda.

Ada yang lebih dingin dari segelas jus yang kuteguk di siang itu; diamnya kita, yang tak lagi saling sapa.

Ada yang lebih menjengkelkan dari di-bukroh-nya pengambilan ifadah hari ini: penjelasanmu tentang capresmu yang tak kuminta.

Ada yang lebih rumit dari pembahasan balaghah di hari itu; udang senyum, di balik batu sindiranmu.

Aku, hanyalah manusia biasa, yang juga bisa terluka oleh kata-kata.

Taman Langit, 9 Juni 2014
Read More..