“Kenikmatan terbesar kedua setelah nikmat iman dan islam,”
ujar Ustadz Aep Saepulloh suatu ketika, “adalah nikmatnya menjadi Mahasiswa
Al-Azhar Mesir.” Tinggal di tanah bersejarah warisan para nabi. Mandi dengan
air yang diambil dari salah satu mata air surga, Nil. Tidak cukup? Setiap hari
kau bisa melihat senyum-senyum ulama yang bersahaja. Itu sungguh sangat indah,
menentramkan.
Andai bukan mahasiswa Al-Azhar, mungkin malam itu kami tidak
bisa menghadiri acara penetapan satu ramadhan yang dihadiri oleh ratusan ulama,
pembesar, pemuka Mesir dan mahasiswa asing. Mulai dari Grand Syeikh Al-Azhar,
Prof. DR. A. Thayyib, Mufti Mesir, Prof. Dr. Syauqi Allam, Prof. Dr. Ali Gomma,
Prof. Dr. Nasr Farid Washil, mentri Agama, Prof. Dr. Mukhtar Gomma, dan Puluhan
ulama besar lain turut serta dalam acara tersebut.
Acara yang ditayangkan langsung oleh beberapa stasiun
televisi itu dibuka oleh pembawa acara dengan sebuah syair, “Langit dan bumi,
binatang dan tumbuhan, siang dan malam, lautan dan daratan, semua makhluk Allah
memohonkan ampunan terhadap manusia pada awal bulan puasa.” Kurang lebih begitu
maknanya.
Nafasku terhenti mendengar kata-kata itu, aduhai, betapa
lalainya aku dari jalan tuntunan-Nya, menikung jauh, mundur, kadang, bahkan
terperosok ke dalam jurang. Aku malu. Pada daun-daun, yang setia memuji
tuhannya. Pada angin, yang ikhlas mematuhi titah tuhannya. Pada malaikat yang
tak pernah sekali pun bermaksiat. Aku malu.
Sang Qari’ kemudian membacakan ayat Al-quran sebagai
pembuka acara. Bacaan itu, sungguh membuat mataku berkaca-kaca. Meskipun aku
‘pernah’ berpura-pura merindukan ramadhan, tapi janji Allah tetaplah pasti. “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertannya kepadamu tentang Aku, maka jawablah,
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala
perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam
kebenaran.”
Allah menjanjikan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya sebagai
balasan. Tapi aku seakan berteriak, ‘Aku bukan hambamu’, sebab aku berani
menentang titah-Mu. Aduhai, ya Rabb, ampuni kelancanganku. Engkau selalu
memberikan yang kucintai, bahkan tanpa kuminta. Tapi aku, justru menghidangkan
hal-hal yang Kau benci, lalu, layakkah lagi aku meminta?
“Ramadhan di tunda”, benakku dalam hati, ketika mufti Mesir
mengumumkan hasil ru’yatul hilal berdasarkan ru’yah mata dan ru’yah
ilmu, Falak. Bahwa 1 ramadhan jatuh pada hari ahad 29 juni 2014.
Pada akhirnya, setiap orang harus menangisi kepura-puraannya. sebab, "Katakanlah, "jika kamu sembunyikan atau kamu nyatakan, apa yang ada dalam hatimu, Allah pasti mengetahuinya." Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah maha kuasa atas segala sesuatu."
Taman langit, 28 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar