Seandainya kau di takdirkan
sebagai cicak, maka apa yang akan kau lakukan? Mengeluh, menggerutu, berteriak,
“Ya Allah kenapa aku menjadi cicak, pasti Kau salah cetak”.
Sebab cicak adalah makluk dengan
kemampuan terbatas, berjalan hanya dengan merayap, hati-hati meniti dinding. Sedang
yang di takdirkan sebagai mangsanya, diberi dua sayap, terbang bebas semaunya kesana-kemari.
Andai dia berfikir seperti manusia, mungkin dia akan mengadu, “Ya Allah,
nelangsa nian nasibku, bagaimana aku bisa hidup kalau begini caranya? Lamban saya
bergerak sembari harus tetap berpijak, sedang nyamuk yang lezat itu terbang
melintas di atas, bergerak cepat melintas, semaunya tanpa batas.” Sesak nian
hati jadi cicak.
Tapi, sebentar dulu, mari kita
bernostalgia tentang lagu yang di ajarkan ibu, bapak dan para guru sewaktu
kecil dulu, tentang hakikat rezeki dan jodoh, cicak-cicak di dinding.
Benar cicak hanya merayap, diam-diam,
berikhitiar sesuai kemampuan. Bukan cicak yang harus harus terbang, bukan cicak yang harus datang menerjang,
tapi, “datang seekor nyamuk”. Allah yang menciptakan menciptakan
matahari, maka Allah jualah yang memberinya cahaya. Allah yang menciptakan
tubuh maka Allah pula-lah yang memberinya nyawa, pun Allah yang menciptakan manusia
maka Dia pulalah yang memberinya jodoh, cinta.
Allah yang mendatangkan rezeki
itu. Dibanding ikhtiar cicak yang merayap diam-diam, sungguh perjalanan nyamuk
lebih jauh dan berliku. Benar nyamuk terbang bebas, tapi Allah mengarahkannya. Benar
jarak dan waktu memisahkan keduanya, tapi kemudian Allah dekatkan
sedekat-dekatnya. Hingga akhirnya, “datang seekor nyamuk, merayap-rayap
ditangkap”. Nyam. Keduanya bahagia, nyamuk memenuhi tugasnya, sedang cicak
menggenapi rezekinya.
Maka sahabatku, begitu pula
jodoh, yang sering membuat kau galau itu. Kita tidak perlu memaksakan cerita,
berpacaran. Cukup berikhtiar memperbaiki diri, merayap hati-hati, berpijak di
tali agama dengan teliti. Tidak apa ‘jodoh’ kita terbang bebas kemana-mana. Tapi
yakinlah, Allah membimbingnya, meskipun terhalang jarak dan waktu maka
Allah-lah yang mendekatkan dengan kita sedekat-dekatnya.
Kita sudah bosan rasanya
mendengar, si A yang berpacaran dengan B bertahun-tahun, tapi ketika si A
menikah ternyata perempuannya orang lain, bukan si B. Atau si C yang
mengejar-ngejar si X, eh besok lusa ternyata berlabuhnya ke pelabukan lain. Atau
si D yang sudah bertunangan dengan Z bertahun tahun, eh sehari sebelum
pernikahan si Z kejatuhan buah mangga akhirnya meninggal, bukan jodoh.
Maka sahabatku, jodoh itu murni
rahasia Tuhan. Ia dijadikan hadiah dan kabar gembira bagi orang-orang yang
bersabar. Maka kita tidak perlu memaksakan cerita, harus menikah dengan si dia.
Cukup bagi kita untuk memperbaiki diri sekeren-kerennya, sebab, jikapun yang
dirindukan berlabuh ke hati orang lain, maka kita tetap keren dengan perbaikan
yang telah kita lakukan. Bukankah kita ingin menjadi yang terbaik untuk jodoh
kita kelak? Nah :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar