Sabtu, 21 Juni 2014

Serial Jodoh I : Cicak-cicak di Dinding


Seandainya kau di takdirkan sebagai cicak, maka apa yang akan kau lakukan? Mengeluh, menggerutu, berteriak, “Ya Allah kenapa aku menjadi cicak, pasti Kau salah cetak”.

Sebab cicak adalah makluk dengan kemampuan terbatas, berjalan hanya dengan merayap, hati-hati meniti dinding. Sedang yang di takdirkan sebagai mangsanya, diberi dua sayap, terbang bebas semaunya kesana-kemari. Andai dia berfikir seperti manusia, mungkin dia akan mengadu, “Ya Allah, nelangsa nian nasibku, bagaimana aku bisa hidup kalau begini caranya? Lamban saya bergerak sembari harus tetap berpijak, sedang nyamuk yang lezat itu terbang melintas di atas, bergerak cepat melintas, semaunya tanpa batas.” Sesak nian hati jadi cicak.

Tapi, sebentar dulu, mari kita bernostalgia tentang lagu yang di ajarkan ibu, bapak dan para guru sewaktu kecil dulu, tentang hakikat rezeki dan jodoh, cicak-cicak di dinding.

Benar cicak hanya merayap, diam-diam, berikhitiar sesuai kemampuan. Bukan cicak yang harus  harus terbang, bukan cicak yang harus datang menerjang, tapi, “datang seekor nyamuk”. Allah yang menciptakan menciptakan matahari, maka Allah jualah yang memberinya cahaya. Allah yang menciptakan tubuh maka Allah pula-lah yang memberinya nyawa, pun Allah yang menciptakan manusia maka Dia pulalah yang memberinya jodoh, cinta.

Allah yang mendatangkan rezeki itu. Dibanding ikhtiar cicak yang merayap diam-diam, sungguh perjalanan nyamuk lebih jauh dan berliku. Benar nyamuk terbang bebas, tapi Allah mengarahkannya. Benar jarak dan waktu memisahkan keduanya, tapi kemudian Allah dekatkan sedekat-dekatnya. Hingga akhirnya, “datang seekor nyamuk, merayap-rayap ditangkap”. Nyam. Keduanya bahagia, nyamuk memenuhi tugasnya, sedang cicak menggenapi rezekinya.

Maka sahabatku, begitu pula jodoh, yang sering membuat kau galau itu. Kita tidak perlu memaksakan cerita, berpacaran. Cukup berikhtiar memperbaiki diri, merayap hati-hati, berpijak di tali agama dengan teliti. Tidak apa ‘jodoh’ kita terbang bebas kemana-mana. Tapi yakinlah, Allah membimbingnya, meskipun terhalang jarak dan waktu maka Allah-lah yang mendekatkan dengan kita sedekat-dekatnya.

Kita sudah bosan rasanya mendengar, si A yang berpacaran dengan B bertahun-tahun, tapi ketika si A menikah ternyata perempuannya orang lain, bukan si B. Atau si C yang mengejar-ngejar si X, eh besok lusa ternyata berlabuhnya ke pelabukan lain. Atau si D yang sudah bertunangan dengan Z bertahun tahun, eh sehari sebelum pernikahan si Z kejatuhan buah mangga akhirnya meninggal, bukan jodoh.

Maka sahabatku, jodoh itu murni rahasia Tuhan. Ia dijadikan hadiah dan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar. Maka kita tidak perlu memaksakan cerita, harus menikah dengan si dia. Cukup bagi kita untuk memperbaiki diri sekeren-kerennya, sebab, jikapun yang dirindukan berlabuh ke hati orang lain, maka kita tetap keren dengan perbaikan yang telah kita lakukan. Bukankah kita ingin menjadi yang terbaik untuk jodoh kita kelak? Nah :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar