Jumat, 03 Mei 2013

kewajiban orang tua terhadap anaknya

Tanggal 2 mei yang baru saja berlalu, merupakan hari yang bersejarah bagi Indonesia, hari itu dijadikan sebagai hari pendidikan Nasional. Saya kemudian teringat isi khotbah singkat pak DR. Abdul ghafur isinya sangat menarik, yang mungkin membuat para pemuda tersenyum lebar, mereka (saya khususnya) menemukan sebuah titik terang tentang cara yang harus ditempuh untuk meraih kebahagiaan masa depan :D

Haduuh fahmi bertele-tele banget, apa hubungannya coba sama hari pendidikan ? J hehehe sabar dikit dan jangan diterusin membaca. Eeh dibilangin malah ngeyel , jangan diterusin, berhenti !

Ketika itu pak DR. Abdul ghafur memaparkan tentang percakapan seseorang yang dituduh nakal dengan sayyidina Umar. Umar tidak lantas menyalahkan “seseorang” yang dituduh nakal tadi, lalu Umar b. khattab mencari tau kenapa si anak tadi menjadi Nakal, berikut kira-kira percakapannya, dangan redaksi yang berbeda tapi substansinya sama insya Allah,;

Anak : (اليس حقوق الولد لابيه؟ ) bukankah seorang anak memiliki hak-hak terhadap orang tuanya ?

Umar menjawab : (نعم) ya

Anak : (ما هي يا امير المؤمنين؟ ) apa saja hak2 itu hai Amirul mu’miniin ?

Nah, jawaban sayyidina Umar ini yang kemudian membuat beberapa pemuda tersenyum, namun juga harus mengintrospeksi dirinya :D

Sayyidina umar memulai jawabannya dengan (ان ينتقي امه) jadi , salah satu kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memilihkan ibunya, yaitu memilih calon istri :D . kalau kita mau memperhatikan, betapa luar biasanya konsep penddikan dalam islam, jauh-jauh hari islam merumuskan strategi terbaik untuk peserta didik, bahkan mulai dari ketika orang tuanya masih muda,masih belum punya pasangan. kenapa islam menyuruh memilih istri yang baik ? karena rumah adalah tempat pedidikan pertama, dan ibu adalah pendidik terbaik sepanjang masa.

Kemudian yang kedua adalah (ان يحسّن اسمه) memberinya dengan Nama yang baik. Kita sering mendangar ungkapan, “apalah Arti sebuah nama” ini sangat bertentangan dengan konsep pendidikan dalam islam, bukankah Nama itu bagian dari doa (الاسم جزء من الدعاء) ? bukan kah ketika diakhirat seseorang dipanggil dengan namanya dan Nama Ayahnya ?

Kemudian Umar meneruskan yang ketiga yaitu (ان يعلمه ا لكتاب اى القران) kewajiban yang ketiga yaitu mengajarkan Alqu’ran. Kalau hal ini sudah dilaksanakan, saya rasa tidak perlu lagi tes membaca Alqur’an di UIN kita ter (ter apa yah ? ) jawab sendiri aja deh :D

Si Anak kemudian melanjut kan perbincangannya, (لم يفعل شيأً عليَ من تلك الثلاثة) orang tuaku tidak pernah melakukan semua itu. (سمّني جعلان) mereka menamai aku ji’lan (artinya parit ) (اما امي المجوسي) adapun ibuku adalah seorang majusi (ولم يعلّمني حرفا من القران) dan orang tuaku tidak pernah mengajarkan aku satu huruf pun dari pada Al-qur’an.

lalu salahkah jika dia menjadi anak yang nakal ? ini tanggung jawab kita sebagai seorang pemuda/i. dan juga sebagai wadah kita untuk mengoreksi dan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik, begitulah Islam, tidak ada referensi yang lebih baik daripadanya. Semua permasalahan sebenarnya bias dipecahkan oleh islam, cuman karena kita kering pemahaman terhadap islam, dan lebih bangga terhadap pemikiran Asing, akhirnya kita tertinggal.

Untuk menashehati diri ini, dan juga teman-teman, saya mempunyai syiir yang harus kita gunakan untuk Renungan. Yang pengen menghafal silahkan, karena saya juga dulu diwajibkan untuk menghafal, untungnya saya tidak pernah disuruh mengangkat kursi J #kangenpondok.ac.id

(يسعى الفتى لامور قد تضر به وليس يعلم ما يأتى وما يضع) "seorang pemuda, ketika bekerja terkadang pekerjaannya memudaratkan dirnya sendiri, karena dia belum tahu apa yang akan dating dan Apa yang telah berlalu.

Syiir ini selaras dengan lagu rhoma irama, yang didalam film sang pemimpi oleh seorang siswa dijadikan sebagai kata-kata inspirasinya, ketika sang guru meminta untuk mengucapkan kata inspirasi hari ini, kata2 itu adalah, “darah muda, darahnya para remaja” yang tak pernah mau mengalah walau salah tak peduli.

Syiir kedua yaitu (التوبة حسنة ولكن للشباب احسن) taubat itu baik tapi bagi seorang pemuda lebih baik
(الحياء حسن ولكن للنساء احسن) malu itu baik, tapi bagi seorang perempuan, malu itu lebih baik. Sayangnya dua hal ini sudah mulai memudar dikalangan pemuda dan pemudi, nilai-nilai seperti itu dinggap kolot dan ketinggalan zaman, Astaghfirullaah, mari kita berusaha menjadi generasi terbaik, :)

terima kasih mau mambaca tulisan yang amburadul ini… looks easy with a glass of tea. Ais.


Read More..

Sabtu, 20 April 2013

apakah benar sesuatu yang tidak dikerjakan rasulullah "terlarang dan haram'?


Sebuah refleksi pemikiran, Belajar inshof (proporsional), bisa moderat, bisa memandang permasalahan sesuai amanah ilmu dan yg diinginkan syariat. Tulisan ini dihadirkan untuk menambah wawasan, dan menjadi ajang untuk berdiskusi bagi kita.

masuk topik :) Jika kita memperhatikan sebagian muslim yang terlalu bersemangat "melakukan pembenahan" (dalam tanda petik yah) saat "mengingatkan" Sesama saudara muslim yang lain, yg menurut mereka melakukan hal bid'ah adalah kata: "Ini tidak boleh, karena Nabi tidak melakukan". Atau dalih "Salaf tidak pernah melakukan hal ini, apa kita merasa lebih baik sehingga buat "amalan baru"?" Sekilas, dalih itu seolah benar dan cukup logis, dijamin deh orang awam pasti diem kalau dibilangin ini nggak dilakuin Nabi.

Kalimat yang secara teks benar tapi secara target itu salah, sering digunakan sebagai dalil bagi orang yg melarang tahlil, maulid, dll. Nah, sebenarnya, apa memang benar bahwa sesuatu yang tidak dilakukan Nabi itu TERLARANG DAN PASTI HARAM? Orang yang berpikir bahwa sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau salaf serta merta terlarang menunjukkan cara berpikirnya yg masih pendek.

Sebab pada dasarnya sesuatu yang tidak dilakukan Nabi tidak lantas begitu saj adiartikan terlarang. Harus ada dalil jelas yang menunjukkan larangan, Karena jika "Sesuatu yg tidak dilakukan Nabi" itu dianggap dalil. Akan banyak sekali hukum yg batal. Sebab tak ada di zaman Nabi. Contoh: berapa ribu fatwa dan hukum hasil ijtihad para ulama kita sepanjang masa yang tak ada di zaman Nabi juga tak dilakukan beliau.

Maka artinya jika kamu ketemu orang melarang sesuatu dg dalil "Nabi tidak melakukan", artinya orang itu sedang berkicau saja, hoax. Sebab dalil itu empat; Qur'an, hadits, Ijma' dan Qiyas. Nabi tidak melakukan atau Nabi meninggalkan sesuatu itu bukan dalil. Justru sikap Nabi itu malah menunjukkan ketiadaan dalil, yg dalam ushul fiqh dikenal dg istilah "Mas-alatut Tark".

Maka artinya, ketiadaan dalil tidak bisa dijadikan sebagai argumen untuk melarang sesuatu. Namun harus dihadapkan dg dalil2 umum. Lalu apa alasan Nabi tidak melakukan sesuatu itu? atau meninggalkannya? ada beberapa faktor, dan yg pasti tidak menunjukkan pelarangan. Semisal beliau tidak melakukan sesuatu karena khawatir akan diwajibkan buat ummatnya, sperti kasus shalat tarawih dan siwak. Atau semisal beliau meninggalkan sesuatu sebab terlupa, seperti pernah sholat asar dua rakaat saja & beliau bilang bahwa bliau juga manusia. Atau semisal beliau tidak melakukan sesuatu karena telah masuk dalam keumuman dalil qur'an dan sunnah semisal maulid dan tahlil. Atau beliau tidak melakukan sesuatu karena hal itu tak terlintas di benak beliau semisal mimbar, yg disuggest oleh para sahabat.

Maka artinya, jika hendak melarang sesuatu, di sana harus ada dalil yang jelas bahwa beliau memang terang2an melarang. Dan jika tidak ada dalil yang melarang artinya juga kita tidak bisa seenaknya main larang. Emang ini syariatnya siapa kok main larang. Intinya, Nabi atau salaf tidak melakukan sesuatu, artinya bukan lantas sesuatu itu dilarang, tetapi malah menunjukkan kelonggaran untuk melakukan sesuatu yg tidak dilakukan Nabi selama ada landasan dalil umum yang mencakupnya di sana.

Mungkin sebagian orang masih tidk terima dengan pendapatku ini dan menyanggah pakai dalil "lau kana khoiron la sabaquna ilaih" Andai sesuatu itu bagus maka tentu mereka melakukannya lebih dulu dari kita... apa nggak sadar kalau lagi2 dia salah dalil? Sebab dalil salah yg dia pakai ini adalah kata2nya orang kafir! coba dicek di qur'an.. ya gini ini akibat suka menggal2 dalil. Atau memakai dalih perbandingan yang tidak masuk akal sekaligus tidak logis, "Apa kalian merasa lebih baik dari Nabi?"

Coba pikir baik2, mana ada orang Islam yg waras yg merasa lebih baik dari Nabinya? Qiyas ma'al Fariq yg sangat lucu sekali.. Pada akhirnya, jika memang ingin melarang sesuatu, hadirkan dalil yg jelas, jangan dalil muter-muter yang malah membingungkan ummat. Sebab segalanya telah jelas di al-Qur'an dan Sunnah mana yg boleh dan mana yg tidak. Bukan yg mana tidak dilakukan atau ditinggal Nabi. Di alqur'an dikatakan "wa maa atakumur Rosulu fa khudzuhu wa maa NAHAKUM anhu fantahu..." Bukan "wa maa TAROKAKUM" atau "wa maa LAM YAF'ALIR Rosulu fantahu" .

Semoga mencerahkan, Mari pelajari agama ini dengan utuh, jangan separoh2, biar tidak salah dalil dan malah buat hukum baru. In uridu illa-l islaha mastatho'tu wa maa taufiqi illa billah.

Akhirnya, mari berargumen dengan subjektifitas, mari berargumen untuk mencari kebenaran, jngan sampai lupa sabda nabi lupa dg sabda Nabi "Khudzil hikmah min ayyi syai-in khorojat" juga dengan paradigma "Al-Muslim akhul muslim", malah terjadi sebaliknya, "al-muslim aduwwul muslim", aneh tapi nyata. Kita mengaku agen dakwah tapi kita lupa fiqhud da'wah, "ud'u ila sabili robbika bil hikmah... wa jadilhum billati hiya ahsan". Kita saling ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik, tapi kita melupakan Ihsan.

Silahkan ber Komentar, masih banyak dalil yang penulis tidak ketahui, apa yang kamu ketahui sampaikanlah, kita mencari kebenaran dan belajar bersikap moderat.

Bismillah, mari silahkan :)
Read More..

Rabu, 16 Januari 2013

Galau ? saatnya ubah sudut pandang

Masalah itu banyak manfaatnya ? ah yang bener aja ? bener sob. Sebab Rasulullah mengajarkan berfikir positif. “orang-orang mu’min yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas prilaku buruknya itu lebih baik itu lebih baik dari pada orang-orang mu’min yang tidak bergaul dengan dan tidak bersabar atas perilaku burukyang dilakukannya.

· Masalah adalah penebus dosa. Dengan memiliki masalah orang belajar dari kesalahan, dosa, maksiat dan sejarah buruk hidup. Allah sedang menunjukkan dosa kita untuk berbenah. Itulah tarbiyah ilahiyah. Maka freshkan diri, luruskan misi, bersihkan hati, kuatkan motivasi, kembalikan orientasi asli, barang kali adalah kebengkokan langkah selama ini. “ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baikmu, maka akan menghapuskannya. Begitu pesan nabi. Tegarlah menghadapi masalah seperti nashehat imam syafiie.  
 
“biarkan hari hari berbuat semaunya
dan buatlah hari-hari ini rela ketika takdir tiba
jangan gelisah dengan kelamnya malam
karena peristiwa didunia ini tak ada yang abadi”


· Masalah itu nikmat kehidupan. Buakankah nahkoda yang handal lahir kartena adanya ombak yang besar ? Masalah itu seperti garam bagi sayur. Tanpa masalah hidup terasa hambar dan datar. Maslah membuat kita tertantang, dan senang jika berhasil menghalau halang rintang yang menghadang. Nikmatillah masalah agar selamat dunia akhirat. “tiga hal yang mendatangkan keselamatan, adalah takut kepada Allah dalam keadaan sepi maupun ramai, berhemat pada saat kaya ataupun miskin, dan berlaku adil dalam keadaan ridha ataupun murka.

· Penyaring mutu peningkat derajat. Orang yang tidak sabar menghadapi masalah atau tidak bersyukur memegang Amanah sering dikkatakan nggak kuat derajat. Masalah adalah indikator penyaring mutu, ujian kenaikan tingkat.murninya emas karena disapuh. Bukankah kuatnya batu bata karena di bakar? Bukankah bersihnya air karena mengalir? bukankah kokohnya baja karena dilebur?. Cerdasnya otak karena digunakan untuk berfikir?
· Banyak masalah banyak ilmu. Bukankah semakin banyak jam tayang semakin banyak jam terbang? Semakin bertambah pengalaman? bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik? Ditambah lagi adanya “the power of kepepet” otak berlari kesana kemari untuk mencari solusi, Saat menghadapi tantangan itulah semakin bertambah ilmu.
· Masalah sebagai seleksi. Hidup adalah ujian. Seleksi kehidupan. Siapa yang mampu bertahan. Dialah hamba pilihan.
Tetaplah semangat karena tidak ada alasan kenapa kita harus “putus asa” ? bukankah masih banyak orang-orang yang menanti senyuman kita? Toh kita masih punya yang kuasa, yang maha segala galanya? Libatkanlah Allah dalam semua masalah kita, baik suka maupun duka. “jika kau mengingat Allah dikala suka, niscaya Allah akan mengingatmu dikala duka.
Read More..

Sabtu, 22 Desember 2012

Al-Waalidaani You Are My Everything


Hari ibu, membuat aku ingat akan masa lalu. Masa lalu yang curam, namun indah untuk di kenang, masa lalu yang membuatku siap untuk menantang dunia, masa lalu yang membuat aku setegar sekarang ini. Hehehe

In memory, dulu aku adalah seorang anak yang bisa dibilang “super nakal” tapi, untunglah aku mempunyai orang tua “pendidik” yang mendidik dengan gayanya masing-masing. ayah misalnya, yang mendidik dengan “keras” terhadap anaknya. Dan ibu yang mendidik dengan belaian manja dan kasih sayangnya. (Heemm jadi kangen ketika ummi tiap pagi mengusap rambutku).

Dalam kenangan indah. dahulu aku dipercaya oleh ayahanda untuk mengaji ketempat seorang guru di ujung desa, akan tetapi aku menyia-nyiakan kepercayaan ayah dengan “bolos” dan pergi ke “bioskop” umum. Tau apa yang terjadi setelahnya? Ketika pulang aku sudah di sambut oleh ayahanda di depan pintu. tanpa banyak bicara, ayah langsung menceburkanku kedalam tong air (tempat air kira-kira mampu menampung 500 liter air). andai tidak ada ibunda, entahlah apa yang terjadi. :D

Suatu ketika, aku dibelikan mobil-mobilan yang cukup elit oleh ibunda, padahal aku tau waktu itu orang tuaku tidaklah mempunyai banyak uang, karena waktu itu mereka masih menjadi pedagang pasar mingguan. Akan tetapi, demi buah hatinya mereka rela menyisipkan uangnya. Akupun sangat senang dengan mobill-mobilan itu, sehari penuh aku asyikn bermain dengannya sehingga aku lupa waktu dan malas untuk pergi ke sekolah. Ayah yang tidak suka banyak omong, langsung mengambil dan menginjak mobil-mobilaan kesayangan ku itu tanpa memikirkan berapa harga, dan usaha mereka untuk membelikan mobil itu.

Ada lagi kenangan yang takkan kulupakan. ketika aku belajar merokok dan ketahuan ayah, aku dikejar-kejar dengan sebilah kayu oleh ayah, laksana buronan dan polisi, sang buronan berusaha lari secepat mungkin akan tetapi karena kaki sang “buronan” lebih pendek, dengan mudah polisi mendapatkannya. Hehehe, setelahnya apa yang terjadi??? Ayah tidak memukuliku, tapi dikejar-kejar sudah cukup untuk membuatku jera.

Lalu apa peran ibu? Setiap aku selesai “di adili” oleh ayah, ibulah yang sellu berusaha menghentikan isak tangisku, setelah tangisku reda, ibu menasehatiku, coba kalau kamu tidak begitu pasti ayah tidak begini. Hemmm akupun tersadar dan tau bahwa akulah yang salah, dan aku yakin itu semua bentuk dan cara mereka meng-ekspresikan kasih sayangnya.

Hasil didikan itu lebih terasa sekarang, alhamdulillah setelah kejadian 8 tahun yang lalu aku tidak bisa merokok, dan bahkan membenci seorang perokok, karna dalam keyakinanku rokok adalah haram karena banyak mudharat yang dihasilkan.

Sekarang mereka sudah percaya sepenuhnya kepadaku, ketika dulu aku dibatasi untuk keluar malam, sekarang sudah tidak lagi. Ketika aku minta pendapat mereka tentang perkuliahan terbaik. mereka bilang, dimanapun kamu mau kuliah, selagi kami bisa membiayai, ambillah. Itu artinya mereka percaya sepenuhnya denganku. Alhamdu lillah

Bahkan kepercayaan itu berimbas kepada lingkunganku. ketika aku mau kejogja misalnya, orang tua sahabatku mempercayakan anaknya untuk kuliah di kota pendidikan karena percaya kepadaku, dan meminta agar aku menjaga dan menasehati anaknya ketika menyimpang dari tujuan awalnya.

Yang kurasakan sekarang. Kerasnya didikan ayah dulu membuat aku tegar menghadapi dunia, kasih sayang ibu membuat aku bersemangat untuk memberikan yang terbaik kepada mereka, tidak ada alasan untukku tidak membalas kebaikan mereka.


I love you fuuuulllll

Ayahanda dan ibunda.

Santri, anak perantauan






Read More..

Jumat, 21 Desember 2012

Secangkir Syair



Bunda... ma’afkan daku
Belum bisa mewujudkan asamu
Tak mengerti tentang hatimu
Kini aku pergi meninggalkan mu
Hanya membuatmu menangis karna rindu padaku

Bunda... 
Aku kan selalu ingat pintamu 
Selalu beristiqamah dalam merajut ilmu 
Bunda... ini janjiku padamu 
Semoga Allah meridhainya

Bunda...

Aku akan pulang membawa rindu dan kasih untukmu
Aku akan pulang dan ingin melihatmu bahagia
Aku akan pulang dan membawa ilmu yang kudapat
Aku akan menjadikan air mata rindu menjadi air mata bahagia



Bunda... taukah engkau
Dalam setiap do’a setiap sujudku
Selalu kusebut namamu kepada sang maha kuasa
Agar engkau selalu kuat dalam hidupmu

Bunda... taukah engkau
Air matamu adalah motivasi untukku
Suaramu adalah penyemangat hidupku
Bunda... engkau adalah bidadariku
Engkau segala-galanya untukku
I love you full bundaa...


By: sastra santri, anak perantauan

Read More..