“Tidak akan bergeser kedua kaki anak adam di hari kiamat dari sisi
Rabbnya, hingga ditanya tentang lima perkara (yaitu) ; tentang umurnya untuk
apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya
dari mana ia dapatkan dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta
apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu
yang dimilikinya”
~Baginda Rasulullah SAW~
Jangan tertipu dengan nikmat sehat
Karena syarat wafat tak perlu sakit
Jangan terlena dengan masa muda
Karena sebab mati tak harus tua
(Fahmi ‘Ain-Fathah)
“Pemuda”
kata Doktor Hassan wasfi dalam bukunya hamasah fi udzuni syabab “laksana
seorang musafir yang bepergian ke kota, Disana banyak jalan. Ada banyak
tikungan”. “maka” kata beliau melanjutkan, “pejalan seperti itu harus
membutuhkan peta atau penunjuk jalan agar tidak tersesat.
Banyak
diantara kita yang berpendapat bahwa masa muda identik dengan dunia berfoya,
masa-masa menikmati hidup, bermain game, menghabiskan waktu dengan uring-uringan
dan malas-malasan dengan alasan mencari
jati diri. Padahal begitukah pemuda? Jati diri apa yang di dapatkan jika
mencarinya dengan seperti itu?
Betul
pemuda tidak berpengalaman, tapi dengan ketidak berpengalamannya itu pemuda
justru mampu menciptakan hal-hal baru. Karena yang berpengalaman cendrung
mengatasi sesuatu dengan cara yang sama, berdasarkan pengalamannya.
“Pemuda
itu hijau” ujar Salim A. Fillah dalam menyimak kicau merajut makna, “hijau
artinya terus bertumbuh. berkembang. Mekar. Membesar.”. “kalau tua justru
bahaya” lanjut beliau, “karena tinggal menunggu ia membusuk”. Nah!
Umpama
sinar matahari, masa muda adalah waktu ketika matahari tepat diatas ubun-ubun. Memberikan
cahaya paling terang dan menyemburkan hangat terdahsyatnya. Nah, sayangkan
kalau energi terkuat justru dihabiskan untuk berfoya dan maksiat? Astaghfirullah…
Na’udzubillah… bukankah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah
adalah salah satu golongan yang dilindungi oleh Allah dihari tiada perlindungan
kecuali lindungan-Nya? Nah! Kenapa kita enggan memilih jalan keren ini?
“Allah,
dialah yang menciptakan kamu dari keadan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu
setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Dialah Yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”
(Q.S Ruum; 54)
***
Bagai
mana cara memanfaatkan waktu? Seorang Ibnu uqail al-hambali punya jawaban
sempurna. “tidak kuhalalkan bagiku” jelas beliau, “menyia-nyiakan sedetik pun
waktu dari umurku”. Seperti yang kita ketahui, beliau lebih mengutamakan
memakan kue dan segelas air dari pada memakan roti karena takut kehilangan
waktu selagi mengunyahnya.
Abdullah
ibnu Mas’ud R.A juga mengajarkan kepada kita betapa berartinya waktu. “Aku
tidak pernah menyesali sesuatu” ujar beliau dalam syiirnya, “sebagai mana aku
menyesali hari yang telah tenggelam matahari. “umurku berkurang” lanjut beliau,
“sedang amalku tidak bertambah”.
Ada
lagi pengakuan seorang penyair arab sekaligus renungan mendalam bagi kita yang
mengaku muda, “Jika hari berlalu” ujarnya, “sedang aku tidak mendapat petunjuk
dan tidak memanfaatkan ilmu. Lalu apa makna umurku ini?
***
Suatu
ketika seorang pemuda terisak-isak menyaksikan teman seumurannya asyik bermain
game. Seorang lelaki berjanggut tipis datang menghampirinya dengan senyum termanis.
“Kamu
mau aku belikan mainan seperti itu?” katanya menawarkan dengan tulus.
Tapi
apa jawaban si pemuda?
“bukan
karena itu aku menangis” ujar pemuda masih tersedu-sedu. “aku menangis”
ujarnya, “karena mereka diciptakan bukan untuk bermain-main”.
“Apakah
mereka tidak mendengar firman Allah?” lanjutnya sambil membacakan firman Sang
Pencipta dengan air mata makin deras mengalir
“maka apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada
maksud) dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada kami? (Q.S Al-mu’minun 115)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar