Jumat, 13 Juni 2014

Serial Optimisme II : Belajar dari Piala Dunia

“Dalam menjalani kehidupan, jadilah seperti pesepak bola, jangan seperti wasit. Sebab yang pertama selalu berkonsentrasi pada tujuan, goal. Sedang yang kedua selalu mencari-cari kesalahan orang”

Entah siapa yang pertama mempunyai ide menyelenggarakan permainan sepak bola, aku tidak tahu. Yang jelas, olahraga itu kini menjadi olahraga nomor wahid di dunia. Disukai banyak orang, lelaki, maupun perempuan.

Sepakbola, boleh jadi sekarang adalah nama lain dari perang dunia. Karena si kulit bundar itu, seringkali di hubung-hubungkan dengan kemajuan sebuah negara. Seperti Jerman yang sempat terpuruk setelah kekalahan mereka di perang dunia II, kepercayaan diri mereka kembali terangkat setelah tim sepakbola Jerman menjuarai piala dunia. Lalu pelajaran apa saja yang dapat kita ambil dari piala dunia olahraga nomor wahid ini?

Tujuan. Untuk memenangkan pertandingan sepakbola, tentu tujuannya jelas, gawang, goal. Begitu juga kita, untuk memenangkan kehidupan, kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Mau jadi apa ke depan?  Jangan seperti air, yang hanya mengikuti arus, tidak mempunyai tujuan sendiri, tak jelas harus kemana, akhirnya terdampar di selokan, menjadi air comberan, sampah.

Kerja tim. Siapa yang bisa hidup sendiri di dunia ini? Mana ada, sombong sekali. Agama kita mengajarkan, “bahwa tidak ada kebaikan bagi orang yang tak pandai berakrab-akrab”. Sebab di dunia ini, kita tidak bisa mengerjakan semuanya, kita hanya diminta mengerjakan ‘sesuatu’. Nah, orang lainlah yng menyempurnakan. Ada yang menjadi gawang, bek, penyerang, saling melengkapi.

Kerja keras. Tentu saja, mana ada kesuksesan diraih secara cuma-cuma. Tentu kita harus membayar untuk kesuksesan-kesuksesan yang lebih besar. Harus ada yang di korbankan. Cuman seringnya, manusia berteriak koar-koar penuh semangat laksana singa, tapi ketika mengerjakannya, mereka loyo bagai kelinci yang siap di mangsa.

Strategi. Tak hanya kerja keras, kita juga perlu kerja cerdas. Tentu, semua yang kita lakukan harus berdasarkan pengetahuan, agar tenaga yang kita keluarkan tidak sia-sia. Sebab kadang, seorang petani A rajin ke ladang menanam kopi, merawat kebunnya bertahun-tahun, rajin. Tapi ketika panen, ternyata hasilnya sedikit. Tidak semua pohon kopi buahnya sama. Sedang petani B, dia tahu bahwa ada bibit kopi yang bagus, ada yang kurang bagus, maka dia memilih bibit yang bagus untuk di tanam, hasilnya jelas berbeda, lebih bagus. Karena ilmu, strategi.

Pantang menyerah. Kalau saja Brazil menyerah ketika Kroasia mencetak goal lebih dulu, tentu mereka tidak akan menang malam itu. Kalau kita mengangkat bendera putih sebelum bergerak, berbaring sebelum bertindak, tentu kita tidak akan mampu mencapai tujuan. Bekerjalah!, maka keajaiban. Pejamkan mata, maka kau kan temui, bahwa yang bersungguh-sungguh, pantang menyerah, akan dapat. Yang berjalan di atas tujuan akan sampai. Yang bersabar akan beruntung. Yang menanam akan menuai hasilnya. Pantang menyerah sebelum kalah.

Berjuang sampai detik terakhir. Tidak ada tempat istirahat bagi kita sebelum sebelah kaki menginjak surga. Terus menembus badai sampai akhir. Terus menebas rimba sembar bersih, terus menyingkiran duri agar aman. Terus berjuang hingga hidung menghirup nafas surga.

Sudah siap menjemput kemenangan?

Taman Langit, 13-06-2014. 
Read More..

Kamis, 12 Juni 2014

Serial Optimisme I : Bersyukur


Kenapa kita harus selalu  bersyukur?

Sebab kita tahu, Allah selalu memberi yang terbaik yang kita butuhkan, meskipun kadang tidak kita inginkan.  Bahkan  awalnya kita sempat benci. Tapi di ujung cerita, kita sadar, oh ternyata, ini to maksud Allah memberiku ini.

Kau tahu air kawan? Ketika ia cukup untuk kebutuhan kita, ia bermanfaat. Sebagai sumber kehidupan, untuk mengairi sawah, untuk  membersihkan mobil, untuk mandi, bersuci dan lain-lain. Ketika air banyak? Berlebihan, banjir, mengganggu aktivitas, mendatangkan penyakit dan dampak-dampak negatif lain. tidak selamanya yang sedikit itu tidak baik. Maka, sudah sepantasnya kita mensyukuri hal-hal kecil.

Ketika sandal kita putus, rejeki seret, kita mengeluh; Ya Allah, kenapa rejekiku seret, sandal putus lagi, coba jika engkau beri aku rezeki yang lebih, pasti aku bahagia, bahkan bisa membahagiakan sesama. Tapi Allah menyuruh kita bersyukur dengan cara yang keren. Seratus meter kedepan, Allah mempertemukan kita dengan orang yang berjalan menggunakan tongkat, satu kakinya tidak ada. Sungguh, kita lebih banyak mengeluh dari pada bersyukur. Padahal, Allah banyak memberikan sesuatu yang sangat penting bagi kita tanpa kita minta, bahkan kita tidak sadar.

Kau percaya Law of Atraction kawan? Aku sangat percaya. Iya yang itu, hukum tarik menarik. Bahwa ketika kita berfikir positif, melakukan hal-hal positif, maka hal-hal positif itu akan berbalik ke kita, bagaimana pun caranya itu tidak penting, Allah maha mengatur rencana bukan? Allah pembuat scenario maha terbaik kan? Kita tak perlu memikirkannya, cukup melakukannya.

Kabar baiknya, ketika kita besyukur Allah akan menambah nikmat kita. “ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni’mat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Q.S Ibrahim 7-8.
Kamu percaya janji tuhan bukan?

Taman Langit 13 juni 2014
Read More..

Senin, 09 Juni 2014

Malas


Aku mencintaimu tapi aku malas mengungkapkannya padamu
Aku mencintaimu tapi aku malas hidup tanpamu
Aku mencintaimu sehingga aku malas melupakanmu
Aku mencintaimu maka aku malas tak mendoakanmu
Aku mencintaimu itu sebabnya aku malas menyakitimu

Taman Langit 2014
Read More..

Kalaupun Harus sendiri

Kalaupun masih harus sendiri, kesendirian itu harus indah, berharga seperti mutiara.

kalaupun harus sendiri, maka sendiri itu harus gagah, memberi manfaat, menerangi seperti matahari.

kalupun harus sendiri, maka sendiri itu harus seperti mawar, indah, mengoda, tapi selalu menjaga diri.

kalaupun harus sendiri, maka kesendirian itu haruslah gesit, seperti air bah, yang pantang menyerah melalui rintangan.

Kalaupun harus sendiri, maka kesendirian itu harus keren. dijalani dengan keren, meraih target-target keren, tanpa lupa mempersiapkan diri untuk berdua.

sebab sang Nabi, orang terkeren di dunia itu, mengajarkan, bahwa berdua dengan orang yang keren, adalah luar biasa.

Taman Langit, Juni 2014
Read More..

Capres

Ada yang lebih panas dari cuaca di siang ini; kesalah pahaman kita tentang pilihan capres yang berbeda.

Ada yang lebih dingin dari segelas jus yang kuteguk di siang itu; diamnya kita, yang tak lagi saling sapa.

Ada yang lebih menjengkelkan dari di-bukroh-nya pengambilan ifadah hari ini: penjelasanmu tentang capresmu yang tak kuminta.

Ada yang lebih rumit dari pembahasan balaghah di hari itu; udang senyum, di balik batu sindiranmu.

Aku, hanyalah manusia biasa, yang juga bisa terluka oleh kata-kata.

Taman Langit, 9 Juni 2014
Read More..