“Dalam menjalani kehidupan, jadilah
seperti pesepak bola, jangan seperti wasit. Sebab yang pertama selalu
berkonsentrasi pada tujuan, goal. Sedang yang kedua selalu mencari-cari kesalahan
orang”
Entah siapa yang pertama mempunyai ide menyelenggarakan
permainan sepak bola, aku tidak tahu. Yang jelas, olahraga itu kini menjadi
olahraga nomor wahid di dunia. Disukai banyak orang, lelaki, maupun perempuan.
Sepakbola, boleh jadi sekarang adalah nama lain dari perang
dunia. Karena si kulit bundar itu, seringkali di hubung-hubungkan dengan
kemajuan sebuah negara. Seperti Jerman yang sempat terpuruk setelah kekalahan
mereka di perang dunia II, kepercayaan diri mereka kembali terangkat setelah tim
sepakbola Jerman menjuarai piala dunia. Lalu pelajaran apa saja yang dapat kita
ambil dari piala dunia olahraga nomor wahid ini?
Tujuan. Untuk memenangkan pertandingan sepakbola, tentu
tujuannya jelas, gawang, goal. Begitu juga kita, untuk memenangkan kehidupan,
kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Mau jadi apa ke depan? Jangan seperti air, yang hanya mengikuti
arus, tidak mempunyai tujuan sendiri, tak jelas harus kemana, akhirnya
terdampar di selokan, menjadi air comberan, sampah.
Kerja tim. Siapa yang bisa hidup sendiri di dunia ini? Mana ada,
sombong sekali. Agama kita mengajarkan, “bahwa tidak ada kebaikan bagi orang
yang tak pandai berakrab-akrab”. Sebab di dunia ini, kita tidak bisa
mengerjakan semuanya, kita hanya diminta mengerjakan ‘sesuatu’. Nah, orang
lainlah yng menyempurnakan. Ada yang menjadi gawang, bek, penyerang, saling
melengkapi.
Kerja keras. Tentu saja, mana ada kesuksesan diraih secara cuma-cuma.
Tentu kita harus membayar untuk kesuksesan-kesuksesan yang lebih besar. Harus ada
yang di korbankan. Cuman seringnya, manusia berteriak koar-koar penuh semangat
laksana singa, tapi ketika mengerjakannya, mereka loyo bagai kelinci yang siap
di mangsa.
Strategi. Tak hanya kerja keras, kita juga perlu kerja
cerdas. Tentu, semua yang kita lakukan harus berdasarkan pengetahuan, agar
tenaga yang kita keluarkan tidak sia-sia. Sebab kadang, seorang petani A rajin
ke ladang menanam kopi, merawat kebunnya bertahun-tahun, rajin. Tapi ketika
panen, ternyata hasilnya sedikit. Tidak semua pohon kopi buahnya sama. Sedang petani
B, dia tahu bahwa ada bibit kopi yang bagus, ada yang kurang bagus, maka dia memilih
bibit yang bagus untuk di tanam, hasilnya jelas berbeda, lebih bagus. Karena ilmu,
strategi.
Pantang menyerah. Kalau saja Brazil menyerah ketika Kroasia
mencetak goal lebih dulu, tentu mereka tidak akan menang malam itu. Kalau kita
mengangkat bendera putih sebelum bergerak, berbaring sebelum bertindak, tentu
kita tidak akan mampu mencapai tujuan. Bekerjalah!, maka keajaiban. Pejamkan mata,
maka kau kan temui, bahwa yang bersungguh-sungguh, pantang menyerah, akan
dapat. Yang berjalan di atas tujuan akan sampai. Yang bersabar akan beruntung. Yang
menanam akan menuai hasilnya. Pantang menyerah sebelum kalah.
Berjuang sampai detik terakhir. Tidak ada tempat istirahat
bagi kita sebelum sebelah kaki menginjak surga. Terus menembus badai sampai
akhir. Terus menebas rimba sembar bersih, terus menyingkiran duri agar aman. Terus
berjuang hingga hidung menghirup nafas surga.
Sudah siap menjemput kemenangan?
Sudah siap menjemput kemenangan?
Taman Langit, 13-06-2014.