Bagaimana
perasaan anda berdua setelah resmi mendaftar menjadi
calon PPMI I dan PPMI II?
Pertama-tama,
kami mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan Informatika yang bersedia
mewawancarai kami. untuk menyebar luaskan berita terhangat, terkini dan teraktual
yang sangat dibutuhan Masisir. Alhamdulillah kami telah mendaftar kembali pukul
6.30 dengan melengkapi 5 paspor yang kurang sebelumnya. Diperkirakan malam ini
pukul 7.15 ini kita akan mengikuti screening, dan mudah-mudahan kami
bisa melewatinya dengan lancar. Setelah ini kami akan mencoba berdinamika dalam
keorganisasian.
Apa
motivasi terbesar anda berdua sehingga tertarik mencalonkan diri menjadi PPMI I
dan II?
Motivasi
kami berangkat dari keinginan untuk menyambung estafet nilai-nilai yang telah
dibangun oleh Pak Amrizal dari kepengurusan dan kepemimpinannya. Banyak sekali
nilai-nilai dan ruh-ruh baru yang ia usung dengan al-Azhar, dari sinilah kami
berdua merasa terpanggil, karena kebetulan kami juga pelaku dalam hal ini,
alangkah baiknya kita mengestafetkan ini untuk saling sambung menyambung dalam
hal nilai-nilai kebaikan.
Indonesia
sebenarnya memiliki benteng yang sangat kuat dalam menahan hancurnya akhlak,
benteng itu adalah lembaga pendidikan yang disini diwakili oleh Almamater, kami
melihat komunikasi antar Almamater saat ini belum optimal. Maka kami terdorong
untuk memaksimalkan silaturrahim antar Almamater dalam berbagai bidang,
agar nanti ketika sudah pulang ke Indonesia kita saling mengenal dan
memperkokoh benteng akhlak itu.
Untuk
orang, kira-kira ada nggak seseorang yang memotivasi anda berdua?
Tentunya
langsung dari guru-guru. Kami termotivasi oleh senyumnya syeikh ‘Ala atau
Syeikh Jailani yang sumringah ketika dikunjungi oleh banyaknya mahasiswa
Indonesia. Kami lebih banyak termotivasi dari rohaniah. Kami kadang-kadang juga
ikut talaqqi di Al-Azhar, sehingga ketika kami di PPMI, semoga bisa
lebih banyak mengajak kawan-kawan untuk ikut talaqqi ke Al-Azhar.
Dengar-dengar
anda berdua sempat sama-sama ngotot untuk menjadi PPMI I, sekarang malah
menjadi pasangan, kita kira apa yang menyebabkan seperti itu?
Kabar
itu menguap karena waktu itu kami belum ada komunikasi, setelah duduk bareng,
ngobrol, ternyata impian kita sama, visi misi sama, meski dari latar belakang
yang berbeda, bahkan kami saling melengkapi, satu dari pondok modern satu dari
pondok salaf, satu lahir di jalanan, satu lagi lahir dengan managemen waktu
yang luar biasa, jadi kami jatuh cinta di komunikasi pertama. Dan menurut kami PPMI
I dan II itu hanyalah simbol, toh kami akan berjalan seimbang, tinggal
bagaimana menagemennya. Menurut kami ini adalah skenario Allah SWT, sehingga
kami dipasangkan menjadi PPMI I dan II.
Bagaimana
visi dan misi anda berdua secara umum?
Untuk
visi, kita menginginkan Masisir yang berkarakter Azhari, komunikatif dan harmoni, karena al-Azhar
adalah kiblat keilmuan kita. Untuk misi, sebenarnya adalah penjabaran dari visi
tersebut, kita ingin memfungsikan PPMI untuk benar-benar menjadi media
pembentukkan karakter Masisir dan menghubungkan Masisir dengan Al-Azhar. Kami
hanyalah perpanjangan tangan dari Al-Azhar, semua berpusat di sana. Jadi semua
dinamika yang ada di Masisir, akan kita arahkan kembali lagi ke manhaj
Azhari yang moderat.
Yang
kedua, untuk memaksimalkan peran PPMI sebagai mitra yang baik bagi intra PPMI, intra
di sini seperti MPA, Kekeluargaan, Almamater dll. Juga terhadap Al-Azhar secara
struktual, KBRI, PPI dunia lainnya. Jadi intinya kita ingin memaksimalkan peran
PPMI dari intra, mitra dan ekstra mitra PPMI.
Yang
ke tiga, kami ingin fungsi PPMI sebagai pelayan masyarakat itu benar-benar
dirasakan oleh seluruh elemen, bukan sebagai pejabat.
Banyaknya
jumlah masisir, tentunya juga akan menghadirkan permasalahan-permasalahan yang
kompleks, sudahkah anda-anda membaca peta permasalahan tersebut? Bagaimana
mengatasinya?
Hadirnya
kami di sini bukan tanpa persiapan. Ini hasil perjalanan panjang, dari shalat istikhoroh
dan pembacaan apakah kami sanggup menanggung itu semua. Dari pembacaan pemetaan
yang ada, jangankan semasisir, dalam satu rumah pun ada masalah-masalah itu.
Disinilah adanya visi kami: komunikatif. Perbedaan itu wajar, namun (yang
penting) bagaimana kita mengahadapi perbedaan itu agar tujuan akhir harmoni itu
tercapai. Kita juga akan mendekatkan diri kepada kawan-kawan sekaligus meminta
masukan, kritikan dan saran dari mereka, jadi kami bukan PPMI yang eksklusif.
Sekali lagi kami bukan pejabat, kami hanya ingin belajar melayani masyarakat.
Menurut
anda berdua, kira-kira apa saja kekurangan-kekurangnya yang ada di Masisir secara umum?
Manusia
itu tidak ada yang sempurna. Sebenarnya bukan kekurangan hanya saja belum
sempurna. Kita disini menuntut ilmu di al-Azhar Mesir, tapi terkadang kita lupa
akan kebutuhan yang kita butuhkan ketika di Indonesia, contohnya komputerisasi,
tulis-menulis dan belajar bermasyarakat. Masisir juga mempunyai kecenderungan
masing-masing, seharusnya bisa menyeimbangkan antara organisasi dan belajar.
Setelah
melihat ketidaksempurnaan Masisir, dimulai dari kami berdua akan instropeksi diri,
membenahi intra PPMI, baru kemudian bisa memberi contoh kepada Masisir.
Seperti
yang telah diketahui, tahun ini Masisir mempunyai relasi yang baik dengan
al-Azhar, lalu bagaimana dengan relasi Masisir dengan Indonesia sendiri?
Relasi
kita dengan Indonesia cukup baik, namun tidak semua orang tahukarena belum
merasakannya. Tahun lalu kita mempelopori adanya Semesta manulis, dari sini
kita juga mencoba membangun relasi dengan Republika, penerbit Alif dan RRI,
inilah wujud relasi kita dengan Indonesia, yaitu relasi yang dibutuhkan oleh
mahasiswa. Maka fungsi PPMI disini sangat penting agar Indonesia bisa merasakan
relasi tersebut. Sebenarnya dari seluruh PPI di dunia, PPI Mesirlah yang
dipandang baik oleh Indonesia.
Sebenarnya
saya (Hujaj) termasuk orang yang ketinggalan dalam tulis-menulis, tapi saya
percaya diri untuk mengirimkannya ke penerbit dan Alhamdulillah layak untuk
diterbitkan di Indonesia. Dari sini masih banyak masisir yang kurang percaya
diri bahwa dirinya mampu, maka saya akan berusaha mengajak masisir lebih
percaya diri agar bisa Indonesia bisa lebih merasakan realisasi kita.
Sejauh
manakan keyakinan anda berdua untuk menang?
Seluruh
masisir memiliki latar belakang yang berbeda, ada yang dari pondok salaf dan
modern, sama seperti kami,karena lembaga pendidikan di Indonesia hanya dua itu
saja. Kami optimis kawan-kawan akan memilih kami, tapi kami tetap tawakal
kepada Allah apapun hasilnya, itu yang terbaik. (Hujaj)
Ketika
sudah mengeluarkan seluruh tenaga, fikiran bahkan harta, kita pantas untuk
optimis karena telah berusaha optimal, tapi jika usaha kita setengah-setengah,
pantaskah kita optimis? (Agus)
Apabila
telah berusaha optimal tapi takdir berkata lain, legowokah?
Menjadi
presiden PPMI merupakan sebuah amanat yang besar, kalau kami terpilih Alhamdulillah,
kalupun tidak tetap besyukur, karena ketika mendapatkan kenikamatan kita wajib
mensyukurinya, tapi jika mendapatkan musibah kita wajib mensyukurinya dengan
bersabar. Kami tidak tahu itu merupakan sebuah kenikmatan atau cobaan, hanya
Allah lah yang tahu. Lalu siapapun yang akan terpilih nanti, kami akan tetap
mendukung dan bekerja sama.
Ketika
terpilih menjadi PPMI I dan II, apakah bisnis tempe alif tetap berjalan?
Sampai
detik ini tempe alif tetap bejalan. Ketika Allah memberi amanah PPMI ini kepada
kami, tempe alif pun akan tetap berjalan dan melayani masisir, karena
alhamdulillah saya sudah mempunyai karyawan. Saya ingin mengutip kata Robert T.
Kiyosaki, bahwa pengusaha sukses itu adalah ketika bisnisnya tetap berjalan,
dan orangnya bisa jalan-jalan. Jadi ketika kita dapat amanah, Tempe Alif tetap
berjalan, dan kita tetap bekerja melayani. (Redaktur: Fahmi/Icha)