Kamis, 30 Mei 2013

hikmah

Suatu ketika, seorang pemuda memberanikan diri untuk meminang seorang gadis yang ia anggap sesuai dengan kriteria istri impiannya. Ia seorang dokter (ketika itu masih calon), seorang muslimah yang sepanjang hidupnya menutup rapi Auratnya. Ia juga gadis yang taat kepada orang tuanya, simple, apa adanya, dan yang paling penting Ia tak berlebihan meskipun Ayahnya memiliki banyak harta (singkat kata ia sederhana). “agamanya?”  ia salah satu lulusan terbaik di sebuah pondok pesantren, (meskipun ini tidak menjamin) setidaknya ia sudah mempunyai bekal yang cukup untuk menjadi istri shalihah.
Malam itu sebenarnya tidak terlalu dingin, suasananya damai, penuh ketenengan ( mungkin ini interpretasi dari
“baiti jannati” kerena rumah itu selalu dibacakan Ayat-ayat Allah) berlangsunglah perbincangan hangat sebagai “kata pengantar” untuk menguturakan maksud si pemuda. Setelah lama berbincang, Tibalah saatnya bagi pemuda tersebut untuk menyatakan maksudnya. Dengan Asma Allah, ia utarakan maksudnya. Ayah si gadis pun tersenyum menanggapi maksud si pemuda. Sebenarnya boleh saja si Ayah memutuskan untuk menerima atau menolak (karena Ayah merupakan wali mujbir,  wali yang boleh memaksa gadisnya untuk menikah) namun, karena ayah si gadis ini adalah orang yang bijak, ia lalu memberikan kesempatan kepada Anaknya untuk menjawab.
Entah apa yang terjadi, si gadis kemudian menangis tersedu-sedu. Sebenarnya ia tau bahwa si pemuda adalah orang yang baik, bijak, dan sesuai dengan kritria suami impiannya. Namun, Ketika itu terlontarlah ucapan dari mulutnya “ Maaf akhi, antum terlambat” . bagaikan diserang angin puting beliung si pemuda dan keluarga tak karuan rasa. Gadis impian yang sudah di depan mata, akankah dahulu orang menjemputnya? Keyakinan yang Awalnya membara, sirna ciut tak ada rasa. Si pemuda berusaha pasrah dan rela menerima.
Namun tidak sampai disitu ternyata. Ketika tangisan si gadis melai reda. Dengan Nafas panjang ia perjelas maksudnya: “Maaf akhi, Antum terlambat. Harusnya Antum meminang saya lebih cepat, biar kita Nikahnya juga lebih cepat”
Semuanya terdiam saling menatap, dan akhirnya saling senyum ketika memahami maksud si gadis bahwa sebenarnya dia sudah lama menunggu saat-saat itu. Sehingga dia mengatakan terlambat, dan harusnya lebih cepat.

Hikmah : ketika tujuan akhir agama, Maka Allah akan permudah jalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar